Ahad 05 Apr 2020 17:49 WIB

UII Sediakan Kuota Internet dan Asrama Gratis

Sejak 16 Maret-7 Juni 2020 pembelajaran sudah dilakukan secara daring.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Kampus UII Yogyakarta.
Foto: Wahyu Suryana.
Kampus UII Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta merespons wabah Covid-19 lewat beragam inisiatif. Mulai membentuk Tim UII Siaga Covid-19, melaksanakan pembelajaran secara daring, sampai menyediakan kuota internet gratis.

Sejak 16 Maret-7 Juni 2020 pembelajaran sudah dilakukan secara daring, dan dapat diperpanjang ketika kondisi belum memungkinkan tatap muka. UTS telah pula dijalankan secara daring.

Rektor UII, Prof Fathul Wahid mengatakan, teknologi pendukung disiapkan seperti virtual private network (VPN). Sarana itu memungkinkan mahasiswa, tenaga kependidikan, dan dosen mengakses internet seperti ada di kampus.

Langganan ke zoom yang memfasilitasi pembelajaran dan bekerja berbasis konferensi video disiapkan dalam waktu singkat. Google Classroom telah lama pula dipakai di UII dan beberapa pelatihan dilakukan untuk menyiapkan dosen.

Fathul menekankan, kuota internet gratis sudah didiskusikan dengan mitra UII seperti Indosat dan Telkom. Ia menekankan, civitas akademika mendapat kuota internet gratis 30 gigabyte (GB) per bulan dari kedua penyedia tersebut.

"Badan Sistem Informasi UII bersiap menjadi rujukan beragam pertanyaan terkait dengan penggunaan teknologi," kata Fathul, Sabtu (4/4).

UII telah membatalkan banyak aktivitas yang mengumpulkan banyak orang, termasuk wisuda yang sedianya dijadwalkan pada 18 April 2020. Mahasiswa yang sudah lulus dapat mengambil ijazahnya mulai 20 April 2020.

Pidato Milad ke-77 UII yang seharusnya dilaksanakan pada 23 Maret 2020 telah pula diundur, termasuk sumpah dokter yang dijalankan secara daring. Untuk mahasiswa yang orang tuanya terdampak, UII merumuskan bantuan biaya kuliah.

Serta, kata Fathul, pengunduran waktu pembayaran kuliah. Besaran bantuan itu didasarkan tingkat keterdampakan, yang berat akan mendapat Rp 750 ribu dan pengunduran pembayaran diberikan sekitar dua bulan.

Yang terdampak sedang akan mendapat potongan Rp 500 ribu dan pengunduran waktu pembayaran yang sama. Fathul berharap, bantuan-bantuan ini dapat meringankan semua yang terdampak.

"UII juga menyiapkan rusunawa sebagai asrama sementara untuk mahasiswa yang tidak mendapatkan kos atau ditolak pemilik kos karena pulang dari daerah terpapar wabah dan harus dikarantina," ujar Fathul.

Pemantauan kepada mahasiswa dilakukan dengan survei daring utnuk mendapat informasi bantuan yang diperlukan. Lalu, melihat kondisi psikososialnya, memetakan sebaran geografis setelah pembelajaran daring dijalankan.

Sejauh ini, sebanyak 2.746 mahasiswa sudah merespons survei itu. Penggalangan dana melalui UII Peduli telah pula dilakukan dan dana yang terkumpul dipakai untuk membeli atau memproduksi alat pelindung diri (APD).

Mulai dari masker N95, baju hazmat, pelindung muka, masker, dan material lain yang dibutuhkan seperti cairan pembersih tangan. Dosen dan tenaga kependidikan telah mendonasikan sebagian gaji untuk mendukung UII Peduli.

Produksi APD melibatkan mahasiswa, dikoordinasi dosen, bahkan dilakukan juga keluarga Rektor UII sendiri. Bantuan didistribusikan ke belasan rumah sakit, puskesmas, dan klinik yang membutuhkan tidak cuma di DI Yogyakarta.

Masker dan pencuci tangan sudah didistribusikan ke warga seperti di Pasar Pakem dan Pasar Colombo melibatkan Lembaga Eksekutif Mahasiswa. Penyemprotan disinfektan dilakukan ke dusun-dusun sekitar lereng Merapi oleh Mapala Unisi.

Edukasi publik terkait wabah dan cara-cara menghindarinya dilakukan dengan produksi infografis edukasi, poster, siaran radio, dan tulisan di media massa. Layanan konsultasi kesehatan dan psikologi daring turut dihadirkan.

"Kami semua berusaha menggalang bantuan yang mungkin, mendisiplinkan diri mengurangi kontak fisik, sambil terus berdoa semoga wabah ini segara berakhir," kata Fathul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement