Jumat 14 Jun 2019 18:41 WIB

Cegah Tangkapan Ikan Membusuk di Smart Fish House

Smart Fish House terhubung dengan IoT.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Nori Syaifatun (Prodi  Akuntansi) dan Intania Betari (Prodi Pendidikan) dari Universitas Negeri  Yogyakarta (UNY), perancang alat peminimalisasi potensi membusuknya ikan,  Smart Fish House.
Foto: Dok UNY
Nori Syaifatun (Prodi Akuntansi) dan Intania Betari (Prodi Pendidikan) dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), perancang alat peminimalisasi potensi membusuknya ikan, Smart Fish House.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta Nori Syaifatun (Prodi Akuntansi) dan Intania Betari (Prodi Pendidikan) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) merancang alat meminimalisasi potensi membusuknya ikan. Alat itu dinamakan Smart Fish House (SFH).

SFH menggunakan prinsip dinding trobe, yang diluarnya terdapat ruangan sempit berisi udara berupa kaca. Prinsip kerjanya, permukaan luar ruangan akan dipanasi sinar matahari.

Baca Juga

Novi mengatakan, sinar itu perlahan dipindahkan ke ruangan sempit dan panas di ruangan akan dikonveksikan. Prinsip ini dapat jadi alternatif pemanfaatan energi panas lebih efektif dan efisien.

"Karena bisa menyerap panas dan berfungsi dalam penyimpan panas yang bisa digunakan kapanpun, dinding trombe tidak dipengaruhi cuaca buruk karena disimpan pada dinding," kata Novi.

Hal itu yang bisa melindungi atau dimanfaatkan untuk apapun di dalamnya. Pada siang hari, dinding trombe ini menyerap panas dari matahari, sehingga energi panas terendap dan tidak dapat ke luar.

Rancang bangun SFH dibuat satu lantai yang memanfaatkan sirkulasi udara di dalam. Sirkulasi itu telah dimodifikasi, sehingga miliki manfaat sebagai media pengering makanan.

Intan menerangkan, SFH merupakan alat yang terintegrasi dengan internet dan termasuk Internet of Things (IoT). Di sana dipasang beberapa sensor yang memiliki fungsi masing-masing.

Di antaranya, sensor suhu untuk mengatur suhu dan rekomendasi waktu pengeringan yang ideal di dalam. Sistem akan mengecek suhu yang terpantau ideal 50-70 derajat celcius.

"Jika suhu lebih atau kurang dari batas itu, arduino otomatis akan mengkalkulasikan rekomendasi waktu pengeringan," ujar Intan.

Ada pula sensor berat untuk menghitung kilogram ikan yang sudah tertampung. Lalu, sensor GPS digunakan untuk mengetahui lokasi SFH yang tersebar ke titik-titik potensi perikanan Indonesia.

Ketiga sensor diinput ke suatu alat yang dinamakan arduino untuk diproses, dan data akan dikirim ke cloud sebagai database untuk disimpan dan diolah lagi. Lalu, terkirim ke ponsel pintar pengguna melalui aplikasi.

Dalam aplikasi, pengguna dapat memakai beberapa fitur utama. Seperti fitur beli ikan, statistik produksi ikan, info cuaca dan fitur rekomendasi waktu pengeringan.

Smart Fish House merupakan karya inovasi gagasan yang akan diikutkan seleksi nasional lomba MTQMN. Ini adalah cabang karya tulis ilmiah kandungan Alquran di Aceh pada Agustus mendatang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement