Rabu 13 Mar 2019 11:26 WIB

Penerjemah Didorong untuk Menyesuaikan dengan Industri 4.0

Pemanfaatan teknologi penting untuk membantu penerjemah.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Esthi Maharani
 Kampus Universitas Muhammadiyah Malang
Foto: Republika/Erik Purnama Putra
Kampus Universitas Muhammadiyah Malang

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Penerjemah yang kelak lulus dari Prodi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) didorong untuk bisa menyesuaikan diri dengan era revolusi industri 4.0. Hal ini diungkapkan Penerjemah Profesional, Fuad Syaifudin Nur dalam seminar “Prospek Penerjemah di Era Revolusi Industri 4.0”, belum lama ini.

Fuad menjelaskan, saat ini pemanfaatan teknologi penting untuk membantu penerjemah. Terlebih lagi di era revolusi industri 4.0, peran penerjemah akan semakin meluas. Penerjemah bisa menerjemahkan situs di internet, menjadi rujukan membuat aplikasi penerjemah, menerjemahkan e-book dan lainnya.

“Peran penerjemah itu bisa hilang di era Industri 4.0, kalau penerjemahnya gaptek (gagap teknologi)” tegas Fuad.

Menurut dia, perkembangan zaman juga mengubah gaya bahasa. Oleh sebab itu, para pemilik profesi ini harus terus mengikuti perkembangan teknologi.  Selain itu, lanjutnya, penerjemah yang mengikuti perkembangan zaman akan tahu teknologi terbaru untuk menerjemah. Salah satunya perihal situs baru yang menggabungkan semua kamus Arab menjadi satu. Penerjemah tidak lagi hanya mengandalkan satu kamus.

“Saya itu selalu ditanya, apa tidak bosan menerjemah terus? Ya tidak, karena saya mempunyai niat yang kuat,” ujar dia melalui keterangan resmi yang diterima Republika, Rabu (13/3).

Di sisi lain, Fuad juga mengkritisi penerjemah yang tidak memiliki niat kuat. Mereka yang seperti ini akan mudah berganti profesi nantinya. Sebab, profesi ini akan selalu dikejar jam kerja yang dalam sehari-harinya hanya berkutat pada menerjemahkan.

Di kesempatan serupa, Rektor UMM, Fauzan, menyatakan, penerjemah bahasa arab itu salah satu profesi langka di kalangan orang muslim. Dengan begitu, ia berpesan, mahasiswa PBA harus memaksimalkan potensinya.

“Jangan puas dengan apa yang kalian miliki sekarang, Jangan jadi manusia minimize yang sudah merasa aman dengan sesuatu yang kecil. Jadilah manusia maximize yang selalu berusaha menjadi sesuatu yang besar,” tutup dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement