Ahad 24 Feb 2019 23:07 WIB

Falsafah Makassar Warnai Diplomasi RI

Ini mencakup diplomasi maritim, ekonomi dan kemanusiaan.

Rep: Wachidah Handasah/ Red: Irwan Kelana
Menlu Retno Marsudi berswafoto bersama para mahasiswa seusai kuliah umum yang digelar sebagai rangkaian Diplomacy Festival (DiploFest) di Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulsel, Sabtu (23/2).
Foto: Dok Kementerian Luar Negeri RI
Menlu Retno Marsudi berswafoto bersama para mahasiswa seusai kuliah umum yang digelar sebagai rangkaian Diplomacy Festival (DiploFest) di Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulsel, Sabtu (23/2).

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR  –-   Menteri Luar Negeri (Menlu), Retno Marsudi menyampaikan kuliah umum di hadapan lebih dari 3.000 mahasiswa di Auditorium Baruga AP Pettarani, Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (23/2). 

Kuliah umum ini merupakan bagian dari rangkaian perhelatan Diplomacy Festival (DiploFest) yang telah berlangsung di lima kota,  yakni Yogyakarta, Surabaya, Bandung, Padang, dan Makassar. Selanjutnya DiploFest akan digelar di Jakarta, Maret mendatang.  

Dalam kuliah umum tersebut, Menlu menjelaskan tentang pelaksanaan politik luar negeri Indonesia yang berkaitan dengan jiwa masyarakat Makassar, yaitu diplomasi maritim, diplomasi ekonomi, dan diplomasi kemanusiaan.

Menlu menegaskan, diplomasi maritim menjadi prioritas Indonesia. Selain karena Indonesia merupakan bangsa bahari dengan 70 persen luas wilayahnya adalah lautan, empat tahun lalu dalam East Asia Summit (EAS) Presiden Joko Widodo memperkenalkan visi Indonesia sebagai poros maritim dunia. 

Dalam hal diplomasi ekonomi, Menlu menerangkan, diplomasi negara manapun akan diarahkan untuk mendukung kepentingan ekonominya. “Karena itu, Indonesia selalu berupaya meningkatkan diplomasi ekonominya antara lain dengan terus secara aktif meningkatkan pasar non-tradisional bagi produk-produk Indonesia antara lain ke kawasan Afrika, Eropa Timur, Asia Selatan dan Tengah serta Amerika Latin,” ujar menlu melalui keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Ahad (24/2). 

photo
Menlu Retno Marsudi saat sesi tanya jawab pada kuliah umum yang digelar sebagai rangkaian Diplomacy Festival (DiploFest) di Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulsel, Sabtu (23/2).

Retno juga menerangkan tentang diplomasi kemanusiaan yang sejalan dengan falsafah hidup orang Makassar, Sipakatau yang berarti memanusiakan manusia. ‘’Diplomasi Indonesia diarahkan untuk berkontribusi dalam menciptakan perdamaian dan membantu kemanusiaan,’’ tuturnya.

Di penghujung kuliah umum itu, Menlu berpesan kepada kaum muda untuk bersama-sama menjaga perdamaian dan kemerdekaan Indonesia.

“Jangan sampai Indonesia menjadi negara yang mengalami konflik dan perang. Pesan saya untuk para mahasiswa, jagalah Indonesia merdeka. Tetap jaga persatuan Indonesia. Insya Allah, kita akan menjadi bangsa yang besar,” pungkasnya.

DiploFest kelima di Makassar digelar selama dua hari, 22-23 Februari 2019. DiploFest merupakan suatu terobosan dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) untuk memperkenalkan diplomasi Indonesia lebih dekat kepada masyarakat, khususnya milenial, sebagai generasi penerus pelaku diplomasi di masa depan.

Pada hari pertama DiploFest di Makassar, Jumat (22/2), digelar kuliah umum di lima perguruan tinggi. Sementara puncak acara DiploFest Makassar dimulai pada pukul 12.00 WITA, Sabtu (23/2), yang dihadiri tak kurang dari 10 ribu pengunjung. Saat itu, para pengunjung berkesempatan mendalami berbagai praktik diplomasi di area stan DiploFest. Area itu dibagi menjadi beberapa kegiatan di antaranya Protocol 101, Friends of Indonesia, Edufair, serta Talking Points. 

Pada Talking Points misalnya, pengunjung berkesempatan belajar berbicara di depan umum (public speaking) yang baik dan efektif. Penyampai materi dalam sesi ini yakni Ibnu Sulhan dari Direktorat Diplomasi Pubik Kemenlu berharap, pelatihan public speaking ini dapat mengasah kemampuan berbicara para generasi muda sebagai bekal mereka untuk menjadi pelaku diplomasi di masa depan. 

Malam harinya, ajang DiploFest Makassar disemarakkan oleh penampilan seni tradisional, juga musik modern dari Endah n Rhesa, Vidi Aldiano, dan Gamaliel Audrey Cantika (GAC).

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement