Jumat 15 Feb 2019 14:33 WIB

Mahasiswa UGM Buat Mesin Pencacah Plastik

Indonesia sebagai negara terbesar kedua penghasil sampah setelah Cina.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Peneliti tengah menerangkan cara kerja mesin pencacah sampah  plastik di Laboratorium Teknologi Mekanik Fakultas Teknik UGM, Kamis  (14/2).
Foto: ugm
Peneliti tengah menerangkan cara kerja mesin pencacah sampah plastik di Laboratorium Teknologi Mekanik Fakultas Teknik UGM, Kamis (14/2).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sejumlah peneliti Departemen Teknin Mesin dan Industri, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) mencari solusi untuk mengatasi sampah plastik. Inovasi itu berupa mesin pencacah plastik kresek.

Tingginya penyebaran sampah plastik masih jadi persoalan serius yang dihadapai Indonesia. Bahkan, data Jambeck (2015) menempatkan Indonesia sebagai negara terbesar kedua penghasil sampah setelah Cina.

Baca Juga

Tim diinisiasi Muslim Mahardika, melibatkan peneliti lain Dekan FT UGM Nizam, Rachmat Sriwijaya, Sigiet Haryo Pranoto dan Fajar Yulianto Prabowo. Muslim mengatakan, tujuan utamanya mengembangkan sampah jadi produk bernilai.

"Hasil cacahan plastik itu digunakan sebagai bahan daur ulang plastik yang digunakan pabrik daur ulang plastik dan sebagai bahan campuran aspal," kata Muslim di Laboratorium Teknologi Mekanik Fakultas Teknik UGM, Kamis (14/2).

Mesin pencacah plastik kresek dikembangkan sejak awal 2018. Dibuat sesuai permintaan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang membutuhkan bahan plastik sebagai bahan campuran aspal untuk pembangunan ruas jalan.

Saat ini mesin telah diproduksi secara massal salah satu badan usaha milik negara PT. Barata Indonesia. Dengan mesin ini, menghasilkan cacahan plastik kresek yang bisa disesuaikan kebutuhan.

"Ukuran cacahan bisa disetel 1-4 milimeter, sedangkan mesin pencacah plastik di pasaran biasanya menghasilkan ukuran cacahan sekitar 0,5 centimeter," ujar Muslim.

Selain itu, mesin pencacah plastik ini memiliki sejumlah keunggulan lain berdaya rendah yakni 2-5 tenaga kuda, sementara mesin serupa di pasaran biasanya berdaya 7-10 tenaga kuda. Satu tenaga kuda setara 745,7 watt.

Mesin ini dibuat dari enam komponen utama yaitu tempat penampung hasil cacahan lastik kresek (hopper), motor listrik, roda gila (fly wheel), belt dan poros. Ada pula pisau statis dan pisau dinamis.

Bentuk mesin dibuat tidak jauh berbeda dengan mesin-mesin yang ada di pasaran. Memiliki ukuran panjang mesin satu meter, mesin memiliki tinggi 1,7 meter dan lebar satu meter.

"Sebagian besar mesin ini dibuat dengan memanfaatkan komponen lokal," kata Muslim.

Mekanisme kerja mesin ini menggunakan motor listrik AC yang ditransmisikan menggunakan fan belt. Sehingga, memutar poros pisau untuk mencacah plastik dengan roda gila yang berfungsi sebagai penyimpan inersia.

Untuk kecepatan putar mesin, berkisar antara 400-1000 rotasi per menit. Menurut Muslim, mesin memang sengaja didesain secara sederhana, sehingga mudah untuk bisa dioperasikan masyarakat.

Mereka mengembangkan mesin pencacah plastik dalam tiga tipe berdasar kapasitas cacahan sampah plastik. Kapasitas kecil 10-20 kilogram per jam, kapasitas sedang 20-30 kilogram per jam dan  kapasitas besar 40-50 kilogram per jam.

Inovasi yang dihasilkan para peneliti UGM ini diharapkan mampu mendukung upaya pemerintah dalam mengatasi sampah plastik. Selain itu, mendorong pengelolaan sampah plastik yang lebih baik pada masa mendatang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement