Selasa 12 Feb 2019 23:55 WIB

UMY Luncurkan Dusun Sehat Bebas Asap Rokok

Peresmian Dusun Sehat Bebas Asap Rokok ini upaya mencegah penyakit tidak menular.

Asap rokok, ilustrasi
Asap rokok, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA— Program Profesi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) bermitra dengan Muhammadiyah Tobacco Control Center (MTCC) UMY menginisiasi dan meresmikan Dusun Sehat Bebas Asap Rokok di DK II Kersan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Peresmian Dusun Sehat Bebas Asap Rokok ini sebagai upaya mencegah penyakit tidak menular. 

"Dusun Sehat Bebas Asap Rokok itu kami integrasikan dengan program Literasi Kesehatan Digital dan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM)," kata Ketua Pengabdian Masyarakat (Abdimas) Pengembangan Desa Mitra (PDM) Dusun Sehat Bebas Asap Rokok Resti Yulianti Sutrisno di Yogyakarta, Selasa (12/2).

Menurut dia, pelaksanaan program Dusun Sehat Bebas Asap Rokok itu merupakan upaya mendukung Kabupaten Bantul sebagai kabupaten sehat serta mendukung implementasi Kawasan Bebas Asap Rokok seperti yang diamanatkan dalam Peraturan Bupati Bantul No.18 Tahun 2016 tentang Kawasan Sehat Bebas Asap Rokok. "Adanya Kawasan Sehat Bebas Asap Rokok itu sejalan dengan tujuan dari peraturan bupati yaitu diharapkan akan melindungi masyarakat khususnya kelompok rentan antara lain bayi, balita, ibu hamil, dan lanjut usia terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan akibat asap rokok," katanya.

Apalagi, kata dia, hal itu didukung oleh masuknya rumah sebagai salah satu Kawasan Bebas Asap Rokok menurut Perbup Bantul No.18 Tahun 2016, selain tempat pertemuan dan lainnya. 

"Adanya Dusun Sehat Bebas Asap Rokok itu diharapkan juga bisa mengatasi salah satu permasalahan yang menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan paparan tertinggi 'second hand smoke' di area rumah berdasarkan data dri The Tobacco Atlas 6th ed (2018)," kata Resti

Tim Abdimas PDM Literasi Kesehatan Digital Dianita Sugiyo mengatakan program Literasi Kesehatan Digital menjadi wadah bagi masyarakat untuk mengelola informasi mengenai kesehatan di wilayah DK II Kersan melalui media sosial berbasis internet. "Dalam era revolusi industri 4.0 saat ini, penggunaan internet di Indonesia meningkat mencapai 54,7 persen dari total populasi penduduk Indonesia,” kata dia.

Dia mengatakan, banyaknya pengguna tersebut membuat banyak sekali informasi yang kemudian disebarluaskan melalui gawai yang mereka miliki, yang seringkali informasi yang diteruskan adalah hoaks yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya," kata dia. 

Apalagi, menurut dia, hoaks dalam konteks kesehatan yang sebenarnya malah membahayakan. Untuk itu melalui program Literasi Kesehatan Digital masyarakat setempat akan diarahkan agar mampu mengelola informasi yang didapat, menganalisis, serta mengintegrasikannya dalam implementasi hidup sehat sehari-hari.

Akses informasi tersebut merupakan potensi yang besar jika digunakan dengan bijaksana, dan sebaliknya menjadi bumerang ketika tingkat literasi digital masyarakat penggunanya rendah.

"Oleh karena itu, kemampuan untuk menggunakan teknologi digital dan mengakses informasi menjadi hal yang sangat penting," kata Dianita.

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement