Rabu 18 Jul 2018 17:00 WIB

Mahasiswa UB Kembangkan Alat Penurun Kadar Logam pada Ikan

Alat penurun kadar logam berat pada ikan ini dinamai Fi-Mact.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yudha Manggala P Putra
Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) menciptakan alat penurun kadar logam pada ikan.
Foto: Dok Pribadi
Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) menciptakan alat penurun kadar logam pada ikan.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Cemaran logam berat di perairan Indonesia menjadi salah satu perhatian  peneliti di Tanah Air. Pasalnya pencemaran terebut berdampak negatif, terutama terhadap hasil alam seperti ikan, yang banyak dikonsumsi masyarakat.

"Padahal ikan yang mengandung logam berat sangat membahayakan bagi orang yang mengonsumsinya," jelas Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (FTP), Universitas Brawijaya (UB) Tri Wahyu Perdana kepada Republika.

Wahyu mengatakan, sejauh ini proses pengolahan ikan yang mengandung logam berat hanya dengan perendaman larutan asam. Namun proses ini, kata dia, masih mempunyai banyak kelemahan. Kelemahan yang sering terjadi seperti perubahan tekstur, warna, dan rasa dari ikan yang diolah.

Selain itu, terkadang ikan yang mengandung kadar logam sering dibuang begitu saja karena keterbatasan dana dalam pengolahannya. Padahal dari ikan sendiri terdapat kandungan yang sangat penting yang dapat berguna bagi tubuh kita seperti asam lemak esensial. Menurut Wahyu, kandungan itu sangat diperlukan dalam pembentukan sel-sel otak untuk meningkatkan tingkat intelegensi manusia.

Melihat itu, ia bersama Annisa Aurora Kartika dan Muhammad Alwy (TEP'16) di bawah bimbingan Dosen FTP UB Joko Prasetyo terdorong mengembangkan sebuah inovasi. Inovasi tersebut berupa alat penurun kadar logam berat pada ikan dengan nama Fi-Mact (Fish metal reducer system).

"Inovasi alat post harvest treatment pada ikan ini diciptakan sebagai upaya mewujudkan keamanan hasil maritim Indonesia," jelas Wahyu.

Secara detail, kata Wahyu, Fi-Mact termasuk alat yang sangat praktis dan murah karena dalam prosesnya menggunakan air aquades dan metode elektrokoagulasi.

Berdasarkan penelitian, dia melanjutkan, perendaman dengan aquades dapat menurunkan kadar logam Cd mencapai 80 persen dan logam Pb mencapai 74,4 persen. Perubahan fisik pada ikan juga dapat diminimalisasi sehingga terlihat masih segar dan enak jika dikonsumsi. "Itu jika dibanding dengan perendaman menggunakan asam," tambah dia.

Dengan adanya alat Fi-Mact ini, Wahyu berharap kasus-kasus yang disebabkan oleh cemaran logam berat di Indonesia dapat berkurang. Hal yang pasti diharapkan dapat membantu meningkatkan keamanan pangan Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement