REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Untuk mengantisipasi masuknya radikalisme ke Universitas Sumatera Utara (USU), pihak rektorat melakukan pengawasan terhadap seluruh aktivitas yang ada di kampus. Rektor USU, Runtung Sitepu menegaskan, tidak ada tempat bagi mereka yang menganut paham tersebut.
Sejauh ini, Runtung mengklaim, belum ada indikasi radikalisme masuk ke USU. Berbagai unsur, termasuk dekan dan dosen di setiap fakultas dilibatkan untuk mengawasi hal tersebut.
"Seluruhnya kami imbau untuk menaati imbauan dari Menpan RB. Ada beberapa poin, seperti untuk mawas diri, untuk tidak tertular aliran-aliran radikal. Itu terus kami imbau," kata Runtung, Rabu (6/6).
(Baca: Cara UMM Tangkal Radikalisme di Kampus)
Runtung mengatakan, selain dosen, rektorat juga akan memberdayakan para staf yang beribadah di masjid. Mereka diminta untuk memperhatikan seluruh aktivitas, termasuk khutbah atau ceramah, namun dengan tidak terang-terangan.
"Kami letak staf di masjid, seperti intelijen lah," ujar dia.
Selain dengan pengawasan, Runtung mengatakan, USU juga melakukan pencegahan radikalisme melalui mata kuliah agama. Mata kuliah ini dinilai ampuh menjadi benteng bagi mahasiswa untuk menangkal paham tersebut.
Dia pun menegaskan akan memberikan sanksi berat bagi mereka yang terindikasi radikal. "Kami tidak memberikan tempat sedikit pun bagi orang-orang yang tidak menunjung tinggi paham dasar Pancasila dan NKRI. Mudah-mudahan tidak ada orang seperti itu di kampus ini," ujar dia.