Selasa 14 Feb 2017 16:41 WIB

Indonesia Dinilai Krisis Lagu dan Film Anak

Ilustrasi
Foto: Antara/Agus Bebeng
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Akademisi yang juga Direktur Global Sevilla School Jakarta Robertus Budi Setiono menilai, saat ini Indonesia mengalami krisis lagu yang diperuntukkan khusus untuk anak.

"Berbeda dengan satu dekade lalu, saat ini nyaris tidak ada lagu-lagu baru yang diciptakan dan diperuntukkan khusus untuk dunia anak," ujar Budi di Jakarta, Selasa (14/2).

Dia mengaku prihatin dengan kondisi anak-anak di era kini yang banyak dicekoki dengan lagu-lagu orang dewasa. Hal itu akan berdampak pada psikologi anak tersebut ketika dewasa, yang memiliki tingkah kekanak-kanakan.

Kelangkaan lagu anak-anak merupakan bagian dari rendahnya minat dunia bisnis permusikan untuk mengembangkan lagu anak. Musik seperti halnya industri bisnis, jika tidak menguntungkan maka tidak akan dijalankan.

Budi mengajak seluruh pemerhati dunia pendidikan untuk mengembalikan lagu anak ke dunia pendidikan, serta jangan dimasukkan ke jalur bisnis. Melalui lagu, bisa mendidik serta otak kanan anak sejak dini. "Daya imajinasinya masih murni, otak kanan harus dikembangkan sejak dini," kata Budi sembari menyebutkan sekolahnya mengadakan konser yang diperuntukkan untuk menghormati pencipta lagu anak Ibu Soed.

Cucu Ibu Soed, Carmanita, yang juga hadir dalam acara tersebut menyebutkan bahwa karya lagu anak ciptaan Ibu Soed sudah mencapai lebih dari 340 lagu. Tak hanya menciptakan lagu anak, Ibu Soed juga menciptakan lagu kemerdekaan. "Ibu Soed, kalau menciptakan lagu maka ia akan membayangkan menjadi anak kecil itu ketika menciptakan lagu," kata Carmanita.

Film anak

Pemerhati perempuan dan anak, Deisti Novanto, mengatakan bahwa Indonesia tak hanya kekurangan lagu, tetapi juga kekurangan film-film anak. Deisti juga mengimbau segenap pemangku kepenting perfilman di Indonesia dapat memberikan perhatian dalam proses kreatifnya untuk memproduksi lebih banyak film edukatif bagi anak Indonesia.

"Perlu ada kesepakatan antara pemerintah sebagai pembuat regulasi, para sineas dan masyarakat dalam mengembangkan industri perfilman di Indonesia," kata Deisti.

Koordinator Bidang Pendidikan IIPG Lita Azis Syamsuddin menjelaskan, pihaknya diharapkan bisa melakukan edukasi kepada masyarakat khususnya kepada segmen perempuan dan anak. Untuk itu, pihaknya mengadakan acara menonton bersama film Iqra: Berpetualang Meraih Mimpi, bersama 1.000 anak yatim.

"Melalui film yang religius dan edukatif diharapkan dapat memicu semangat anak Indonesia dalam mewujudkan cita-cita mereka," ujar Lita.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement