Kamis 14 Mar 2019 16:26 WIB

Mahasiswa Asing Ikuti Lomba Baca Berita Berbahasa Indonesia

60 mahasiswa asing dari 21 negara mengikuti lomba membaca berita berbahasa Indonesia

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Salah satu mahasiswa asing yang menjadi peserta lomba membaca berita berbahasa Indonesia di Universitas Surabaya, Kamis (14/3)
Foto: Dadang Kurnia / Republika
Salah satu mahasiswa asing yang menjadi peserta lomba membaca berita berbahasa Indonesia di Universitas Surabaya, Kamis (14/3)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sebanyak 60 mahasiswa asing dari 21 negara mengikuti lomba membaca berita berbahasa Indonesia yang diselenggarakan Pusat Bahasa Universitas Surabaya (Ubaya). Direktur Pusat Bahasa Ubaya Devi Rachmasari mengatakan, peserta lomba merupakan mahasiswa asing yang tergabung dalam program Darmasiswa Republik Indonesia 2018/2019 dari 20 universitas yang mengirimkan perwakilan.

"Salah satu tujuan diadakannya lomba yaitu untuk memperkenalkan program BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) yang ada di pusat lembaga bahasa Ubaya. Selain itu, kita dapat mengakrabkan hubungan antara pengelola dan universitas yang tergabung dalam Darmasiswa," kata Devi ditemui di Kampus Ubaya, Kamis (14/3).

Baca Juga

 

Devi menjelaskan, pada perlombaan tersebut, peserta dapat memilih membaca berita melalui teks atau layar dengan naskah berita yang telah disediakan oleh panitia penyelenggara. Adapun Durasi yang diberikan untuk masing-masing peserta lomba adalah 90 detik.

Menurut Devi, indikator penilaian dari juri berdasarkan pada kelancaran membaca. Dimana peserta dapat membaca berita sesuai dengan tanda baca, intonasi yang tepat, pelafalan kata-kata bahasa Indonesia dengan baik dan benar, serta penampilan.

"Selain itu, gaya berpakaian, postur tubuh, kontak mata, dan bahasa tubuh ketika menyampaikan berita merupakan poin lebih dalam penilaian penampilan," ujar Devi.

Nantinya, lanjut Devi, dari 60 peserta akan dipilih 10 finalis untuk berlomba memperebutkan juara satu, juara dua, dan juara tiga. Pemenang lomba nantinya akan membawa pulang sertifikat dan uang tunai. Devi berharap, melalui acara ini, bisa membuat mahasiswa asing menjadi cinta akan bahasa dan budaya Indonesia. Harapan itu sesuai dengan program Darmasiswa, yakni menginternasionalisasikan bahasa Indonesia.

"Setelah adanya kegiatan ini diharapkan ketika pulang ke negara masing-masing, mahasiswa dapat mengajarkan bahasa Indonesia kepada teman-temannya," kata Devi.

Mahasiswa asal Jerman, Kamila Barbara mengaku membaca berita berbahasa Indonesia sangat susah karena banyak kalimat yang belum dipahami. Apalagi, dia mengaku tak ada persiapan khusus untuk mengikuti lomba tersebut. Dia hanya belajar selama dua minggu di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

"Orang Indonesia berbicara secara cepat, menurut saya sulit untuk dimengerti. Tapi nanti saya akan belajar terus bahasa Indonesia karena juga kerja di kedutaan di Berlin," kata dia.

Senada dengan Karmila, mahasiswa asal Tiongkok, Liu Tianhui juga mengalami kesulitan yang disebabkan pengucapan bahasa Indonesia yang dianggap susah bagi warga Tiongkok. "Karena dari huruf, kata dengan kalimat sangat berbeda dengab bahasa Tiongkok. Tapi kebanyakan bisa dipahami kalimatnya, asal kamu paham kapan berhenti," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement