Rabu 02 Jan 2019 15:42 WIB

Mahasiswa ITS Rancang Jembatan Penyeberangan Ramah Difabel

JPO yang ramah terhadap penyandang disabilitas atau difabel masih minim

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Rancangan jembatan penyeberangan ramah difabel karya mahasiswa ITS
Foto: Republika/Dadang Kurnia
Rancangan jembatan penyeberangan ramah difabel karya mahasiswa ITS

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Tiga mahasiswa Teknik Infrastruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya membuat rancangan jembatan penyeberangan orang (JPO) ramah difabel dan lingkungan dengan mengusung Sustainable Design. Alasan tim membuat rancangan tersebut dilatarbelakangi minimnya JPO yang ramah terhadap penyandang disabilitas atau difabel.

Ketiganya mahasiswa tersebut adalah Nafi Maula Abdullah, M Ali Burhan, dan Afif Argadipa Alfiansyah. Tergabung dalam tim CT Generation II, ketiganya bekerja sesuai pembagian tugas. Nafi Maula Abdullah dan M Ali Burhan mengerjakan perhitungan, sedangkan Afif Argadipa Alfiansyah merancang desain jembatan. Karya itu pun bisa diselesaikan dalam dua minggu. 

Ketua tim, Nafi Maula Abdullah menjelaskan, aspek pertama yang mereka tekankan adalah kenyamanan. Jika biasanya akses JPO hanya ditunjang dengan tangga, Ia dan dua kawannya membangun lantai miring pengganti tangga untuk memudahkan akses difabel.

"Lantai ini dibuat dengan kemiringan 20 derajat, sesuai dengan peraturan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Kami tidak menggunakan lift karena biaya pembangunannya tidak ekonomis,” kata Nafi melalui pesan singkatnya, Rabu (2/1).

Uniknya, lanjut Nafi, di samping fungsi utamanya untuk menyeberang, jembatan ini juga dirancang untuk dapat memanen energi terbarukan dengan memanfaatkan kedua musim yang ada di Indonesia. Tak kurang dari delapan buah panel surya terpasang di atas atap jembatan untuk membendung panas matahari pada musim kemarau.

Adapun untuk musim hujan, mereka meletakkan turbin pada talang air yang nantinya akan digerakkan oleh air hujan. “Energi yang tersedia di alam akan diubah menjadi listrik, sistem ini mampu mencapai efisiensi hingga 60 persen,” ujarnya.

Nafi melanjutkan, tim jugq membuat analisa perhitungan struktur jembatan yang ekonomis. Mereka menggunakan profil baja WF 400 yang dimensinya tidak terlalu besar, namun tetap kuat untuk memikul besarnya beban.

“Sempat bingung sebenarnya saat akan menentukan profil baja, akhirnya kami pilih baja itu dengan lekukan ke bawah sekitar tiga sentimeter,” kqtqnya.

Aspek biologis turut mereka sertakan dalam rancangan ini. Tingginya polusi pada udara jalan raya ditekan dengan cara menanam tanaman Lidah Mertua. Tanaman ini juga memiliki bunga yang mekar pada malam hari, dan ini terbukti efektif untuk menyedot polusi udara. Selain itu, untuk memanjakan pengguna mereka juga meletakkan bunga Seulanga atau Kenanga di sepanjang jembatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement