Rabu 31 Oct 2018 18:29 WIB

LAPAN Dorong Perkembangan Roket di Indonesia

mengadakan dua kompetisi yaitu Komurindo dan Kombat.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
roket
Foto: reuters
roket

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Perkembangan teknologi roket di Indonesia masih tergolong lambat dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Bahkan, Indonesia masih bergantung dengan teknologi mancanegara. 

Dalam mewujudkan kemandirian teknologi dibidang roket ini, Lembaga Penerbangan dan  Antariksa Nasional (LAPAN) mengadakan Kompetisi Muatan Roket Indonesia (Komurindo) dan Kompetisi Muatan Balon Atmosfer (Kombat). Kompetisi ini digelar untuk seluruh perguruan tinggi yang ada di Indonesia. 

Sekertaris Utama LAPAN, Erna Sri Adiningsih mengungkapkan, kompetisi Komurindo-Kombat ini sudah ada sejak 2007 lalu. Kompetisi ini, lanjutnya, dapat menjadi penarik minat mahasiswa untuk menuangkan ide, kreasinya dan penelitiannya terhadap teknologi roket dan muatan balon atmosfer. 

"Perjalanan teknologi roket di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1960-an hingga sekarang. Dalam kurun waktu lima dasawarsa kemajuan roket jika dibandingkan negara berkembang lain seperti India, Indonesia masih cukup tertinggal. Padahal, waktu yang digunakan India untuk memulai penelitian teknologi roket tidak jauh berbeda dengan negara kita," katanya dalam Workshop Komurindo-Kombat 2018 di Gedung K.H Ibrahim, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Bantul, DIY, Selasa (31/10). 

Ia pun berharap, melalui kompetisi ini dapat mengembangkan teknologi roket dan muatan balon atmosfer di Indonesia. Pun, dapat meningkatkan minat mahasiswa untuk selalu mempelajari dan mengembangkan teknologi tersebut. 

Untuk mewujudkan hal tersebut, tentunya juga membutuhkan dukungan dari seluruh masyarakat, termasuk ide dari mahasiswa. Sehingga, hal tersebut dapat membantu perkembangan teknologi roket di Indonesia. 

"Saya berharap masyarakat Indonesia tidak hanya bertumpu kepada LAPAN saja untuk urusan pengembangan roket, melainkan juga ada pihak – pihak dari industri yang ada di Indonesia untuk membantu perkembangan ke-antariksaan," tambahnya. 

Ia menjelaskan, pemerintah Indonesia telah memiliki rencana induk ke-antariksa-an melalui Peraturan Presiden nomor 45 tahun 2017 yang berlaku hingga 2040. Melalui Perpres tersebut, pemerintah memiliki harapan 20 tahun mendatang untuk bisa membangun bandar antariksa dan roket yang mampu meluncur ke luar angkasa demi kepentingan Indonesia.

Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan AIK UMY, Hilman Latief mengungkapkan, kompetisi ini merupakan sebuah wadah untuk mendorong peningkatan teknologi roket di Indonesia. Melalui workshop yang digelar, Selasa (30/10) kemarin, ia pun berharap seluruh peserta dapat mengambil pelajaran secara langsung dari ahli roket dan keantariksaan. 

"Kami mengucapkan selamat datang kepada seluruh peserta di kampus kami. Saya menghimbau kepada kalian semua untuk menggali informasi dan pengetahuan perihal antariksa dari para ahli yang nantinya bisa diterapkan pada alat buatan kalian," kata Hilman. 

Kompetisi Komurindo-Kombat kali ini memiliki perbedaan dengan kompetisi sebelumnya. Kompetisi ini pun diadakan selama dua tahun sekali. 

Sejak 31 Januari 2018, proposal penelitian dari tiap peserta telah melalui dua kali tahap diseleksi. Proposal yang telah lolos seleksi tahap dua akan mengikuti perlombaan peluncuran roket pada tanggal 21 hingga 25 Agustus 2019 nanti di daerah Pameumpeuk, Garut. 

Kompetisi tahun ini diikuti oleh 276 orang yang terbagi menjadi tiga kategori. Kategori tersebut diantaranya Muatan Balon Atmosfer, kategori Muatan Roket, dan kategori Wahana Sistem Kendali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement