Selasa 07 Aug 2018 19:49 WIB

Bakteri Ini Bisa Dimanfaatkan untuk Tinta Bolpoin

Bakteri memghasilkan tinta yang bercahaya pada bolpoin.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Dwi Murdaningsih
Bolpoin
Foto: birome
Bolpoin

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Perkembangan teknologi saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat di berbagai bidang. Terutama bidang elektronik seperti gadget dan ponsel pintar. Perangkat tersebut sangat membantu mobilitas pekerjaan manusia seperti membaca dan menulis. 

Di sisi lain, teknologi tentu tak melulu  mendatangkan efek positif tapi juga negatif. Pencahayaan perangkat bersifat radiasi terbukti dapat merusa dan membuat mata cepat lelah. Apalagi berdasarkan The National Radiological Protection Board (NPRB) UK, Inggris, efek yang ditimbulkan oleh radiasi gelombang elektromagnetik dari telepon seluler, yakni aspek fisiologis dan efek psikologis.

Media lain yang digunakan sebagai media baca dan tulisan, yakni kertas. Kertas merupakan suatu media yang digunakan untuk baca tulis. Penggunaan baca tulis pada kertas juga terkendala cahaya, berbeda dengan perangkat seperti ponsel pintar yang memiliki cahaya mandiri.

Berangkat dari permasalahan tersebut, tiga mahasiswa FMIPA mencoba memecahkan masalah tersebut. Mahasiswa Novia Rosa Damayanti, Renaldy Fredyan dan Mey Yuliana berusaha memanfaatkan alam seperti melalui isolasi bakteri.

Perwakilan Tim Novia Rosa Damayanti mengatakan, terdapat beberapa jenis bakteri mampu memancarkan cahaya yang biasa disebut bakteri bioluminesensi. Proses pemancaran cahayanya ini diketahui melibatkan transpor elektron.

 "Dan  bakteri bioluminesensi berpotensi sebagai kandidat kuat untuk menjadi tinta yang bercahaya, sehingga tulisan yang hasilkan mampu terbaca di tempat gelap dan bisa mengurangi penggunaan perangkat elektronik dengan radiasi," ujar Novia di Malang, Selasa (7/8).

Bakteri bioluminesensi masuk ke dalam kategori yang mampu berpendar dan dapat ditemukan pada beberapa spesies laut. Untuk mendapatkan bakteri bioluminesensi, kata dia, ini perlu dilakukan isolasi, pemurnian, serta dikulturkan. 

Isolasi bakteri dilakukan dengan beberapa sampel dan tempat yang berbeda. Sampel utama yaitu cumi-cumi, lumpur laut, dan air laut. Sampel didapatkan dari dua tempat yang berbeda yaitu pantai utara Lamongan dan Pesisir Pulau Sempu, Malang.

Isolasi dilakukan dengan tiga kali pengulangan pada tiap sampel dan setiap tempat. Pengujian awal menggunakan sinar UV sebagai salah satu parameter perpendaran pada sampel. Tahap ini harus dilakukan sampai bagian pemurnian dan pengkulturan untuk menumbuhkan bakteri bioluminesensi. 

Adapun media yang digunakan penelitian ini, yakni LA (Luminescent agar) dan LB (Luminescent broad). Menurut Novia, bakteri pada media LA miring yang telah tumbuh ini diuji dengan menggunakan metode cat gram. 

"Cat gram yang digunakan adalah cat gram A, B, C, dan D," tambah dia.

Dari penelitian ini, tim mendapatkan bentuk bakteri bulat (Coccus), tidak berflagela, dan berwarna merah (gram negatif). Jenis bakteri untuk sementara dapat disimpulkan sebagai Photobacterium phosporium//. Bakteri tersebut selanjutnya akan dikondisikan seperti cairan yang berwarna yang kelak dapat digunakan sebagai tinta bercahaya pada bolpoin.

Dengan adanya jenis bolpoin ini, Novia berharap, mampu mengurangi penggunaan gawai pintar. "Karena tulisan yang dihasilkan oleh bolpoin dapat terbaca pada tempat yang gelap," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement