Kamis 26 Jul 2018 02:07 WIB

Inovasi Mobil Penghasil Bahan Bakar dari Sampah Plastik

Mobil dimodifikasi dengan penambahan alat seperti tabung reaktor pirolisis.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Esthi Maharani
Sampah plastik
Foto: abc news
Sampah plastik

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sekelompok mahasiswa Departemen Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan rancangan mobil pintar yang mampu mengolah sampah plastik jadi bahan bakar dan rendah emisi. Inovasi ini bisa menjadi kunci memajukan dunia otomotif Indonesia.

 

Gagasan ini lahir dari pemikiran Herman Amrullah, Sholahuddin Alayyubi, Thya Laurencia Benedita Araujo, dan Naufal Muflih. Keempatnya tergabung dalam Tim Smart Car MCS (Microalgae Cultivation Support).

"Kami mengembangkan teknologi yang bisa mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar cair dan mengurangi emisi gas buang kendaraan," kata Ketua Tim, Herman Amrullah, beberapa waktu lalu.

Ia menjelaskan, mereka memodifikasi mobil dengan penambahan alat seperti tabung reaktor pirolisis. Reaktor itu berfungsi untuk menampung dan mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar cair yang berada di dalam badan mobil.

Tabung ini dapat menampung sampai dua kilogram sampah plastik. Lewat proses pirolisis, sampah plastik dikonversi jadi bahan bakar cair memanfaatkan  panas gas buang knalpot mobil yang suhunya mencapai 400-500 derajat celcius.

Hasil dari proses pirolisis berupa bahan bakar cair ditampung dalam tabung penampungan di bawah mobil. Hasilnya berupa bahan bakar cair yang kemudian diambil untuk diolah dalam tahap lanjutan.

"Agar bisa digunakan sebagai bahan bakar untuk menggerakkan mesin kendaraan ," ujar Herman.

Herman menambahkan, dari dua kilogram sampah plastik dapat diolah menjadi dua liter bahan bakar cair. Plastik yang bisa digunakan dalam proses ini merupakan semua jenis sampah plastik kecuali pvc.

"Semua plastik bisa dipakai kecuali pvc karena mengandung gas chloride yang berbahaya bagi kesehatan dan bisa menyebabkan korosi pada mesin," kata Herman.

Mobil ini dilengkapi teknologi Microalgae Cultivation Support (MCS) yang digunakan untuk mengurangi jumlah CO2 gas buang pada kendaraan. Teknologi ini dapat menekan kadar CO2 yang dihasilkan pada gas buang mobil.

Alayyubi menambahkan, ide pengembangan mobil pintar diawali keprihatinan mereka terhadap banyaknya sampah plastik. Terlebih, jumlah limbah plastik terus meningkat dari waktu ke waktu dan telah menjadi persoalan dunia.

"Sampah plastik merupakan produk turunan dari minyak bumi, sehingga kami terpikir untuk mengonversi kembali ke dalam bentuk minyak bumi," ujar Alayyubi.

Namun, untuk mengonversi sampah plastik jadi bahan bakar memerlukan energi yang cukup besar. Untuk itu, mereka memutar otak mencari cara yang tepat dan relatif murah untuk mengonversi sampah plastik jadi bahan bakar cair.

Lalu, tercetuslah ide memanfaatkan panas gas buang kendaraan. Pengembangan konsep kendaraan ini tidak hanya dapat memproduksi bahan bakar dan biofuel, tapi mengurangi persoalan sampah dan menekan jumlah karbondiokasida.

Gagasan mobil pintar berhasil meraih juara dunia dalam Shell Ideas360 di London belum lama ini. Dibimbing Hanifrahmawan Sudibyo dan Yano Surya Pradana, mereka sukses menyisihkan 3.336 tim mahasiswa berbagai universitas dari 140 negara dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement