Rabu 25 Jul 2018 07:57 WIB

Mengubah Pelepah Pisang Jadi Sajadah

Teksturnya unik dan warna alamiah menjadikan sajadah dari pelepah pisang menarik.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yudha Manggala P Putra
Pelepah pisang (ilustrasi)
Foto: www.griyawisata.com
Pelepah pisang (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pohon pisang merupakan tanaman yang multiguna, termasuk bagian pelepahnya. Potensi itu yang dimanfaatkan sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) untuk mengembangkan pelepah pisang menjadi sajadah.

Pohon pisang disebut multiguna karena tiap bagian pohon pisang bermanfaat, mulai dari daun, buah, batang dan akarnya. Sayang, pemanfaatan pohon pisang selama ini masih kurang optimal.

Dilihat dari kencenderungan masyarakat yang hanya memanfaatkan daun, buah dan akarnya, batang atau pelepahnya jarang digunakan. Pemanfaatan pelepah pisang selama ini masih konvensional.

Mulai untuk tali pengikat, wayang kulit, pakan ternak, rakit, perlengkapan pada ritual budaya (pernikahan) dan kegiatan keagamaan, lainnya dibiarkan membusuk sampai jadi limbah. Limbah ini yang dimanfaatkan.

Limbah yang tidak dimanfaatkan dan diberdayakan dengan benar akan menjadi sumber pencemaran. Pelepah pisang yang memiliki banyak serat, bertekstur, dan kuat menunjukan potensi untuk dikembangkan menjadi bahan baku produksi.

Melihat potensi ini para mahasiswa UNY mengembangkan pelepah pisang menjadi produk kerajinan yang memiliki nilai tambah. Produk yang dikembangkan yaitu sajadah dari pelepah pisang yang dinamai Sapasang.

Produk dikembangkan Erni Nur Bayinah dan Selvia Zuni Murningsih dari Prodi Manajemen Pendidikan, Novia Haryani Prodi Psikologi, Nursyifa Sundari Prodi Biologi dan Vina Mathlaul Ilma dari Prodi Pendidikan Ekonomi.

Mereka merancang Sapasang jadi produk unik dan ramah lingkungan. Ketua Tim, Erni Nur Bayinah mengatakan, produk ini ramah lingkungan karena diambil dari limbah yang tidak terpakai, tapi meningkatkan nilai jual pelepah pisang. "Teksturnya yang unik dan warna alamiah menjadikannya menarik untuk dijual," kata Erni.

Selvia Zuni Murningsih menerangkan, Sapasang tidak cuma berguna sebagai alat ibadah, tapi sebagai cinderamata. Itu mengingat tingginya minat masyarakat akan produk kerajinan yang unik.

"Produksi Sapasang juga dapat menyerap tenaga kerja dari lokasi sekitar tempat pembuatannya," ujar Selvia.

Menurut Nursyifa Sundari, proses pembuatan Sapasang dimulai dari penyiapan bahan baku yaitu pelepah pisang dari perkebungan pisang di Kota Yogyakarta. Perlu pula kain perca, kancing, benang, cat akrilik dan politur.

"Alat yang disiapkan yaitu pisau, gunting, jarum jahit, benang jahit, mesin jahit dan kuas," kata Nursyifa.

Tahapan dimulai pengeringan pelepah pisang hingga kadar airnya kurang lebih 20 persen, lalu dijemur selama tujuh hari dan dipotong-potong. Lalu, pelepah dianyam jadi sajadah dan dilapisi kain perca agar empuk.

Pola didesain dan digambar, lalu dilukiskan di sajadah. Tahap terakhir baru dikemas dan dipasarkan. Uniknya, pemasaran Sapasang dilakukan lewat pameran keislaman, langsung dengan mendatangi masjid-masjid lokasi pengajian.

Selain itu, promosi dan pemasaran dilakukan dengan media daring, sehingga produk ini tidak hanya dikenal masyarakat Yogyakarta. Karya ini berhasil meraih dana Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan 2018.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement