Jumat 29 Jun 2018 07:21 WIB

Limbah Kulit Ubi Bisa Jadi Pelapis Pakan Ikan

Inovasi ini mampu meningkatkan efektivitas pemberian ikan budidaya.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Esthi Maharani
Pelapis pakan ikan dari limbah kulit ubi kayu karya mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM). Inovasi itu bernama Eating Paku, singkatan dari Edible Coating Pati Kulit Ubi.
Foto: Istimewa
Pelapis pakan ikan dari limbah kulit ubi kayu karya mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM). Inovasi itu bernama Eating Paku, singkatan dari Edible Coating Pati Kulit Ubi.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sekelompok mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil mengembangkan terobosan bidang peternakan yakni membuat pelapis pakan ikan atau pelet dari limbah kulit ubi kayu. Inovasi ini mampu meningkatkan efektivitas pemberian ikan budidaya.

Salah satu inovatornya, Muhammad Burhanuddin Fauzi mengatakan, pelapis ini memberikan keuntungan karena pakan tidak mudah hancur. Pelapis berfungsi sebagai penahan pakan agar tidak mudah menyerap air.

"Sifat edibel coating (pelapis) ini bisa menahan pakan ikan tidak mudah menyerap air, sehingga konsistensi dan bentuk pakan dapat bertahan lebih lama," kata Fauzi, Kamis (28/6).

Kondisi itu membuat kesempatan atau waktu makan ikan menjadi lebih lama, sehingga membuat efektif pemberian pakan. Selain itu, pakan yang tidak mudah hancur di air dapat mengurangi pencemaran sisa pakan dalam air.

photo
Pelapis pakan ikan dari limbah kulit ubi kayu karya mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM). Inovasi itu bernama Eating Paku, singkatan dari Edible Coating Pati Kulit Ubi. (Istimewa)



Inovasi bernama Eating Paku yang merupakan singkatan Edible Coating Pati Kulit Ubi Kayu ini lahir dari Program Kreativitas Mahasiswa UGM 2018. Fauzi mengembangkannya bersama rekannya di Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian. Ada Ahadian Ansor dan Mochammad Idris Ramadana, dengan bimbingan dar Sri Rahayoe. Hasilnya, pelet yang telah dilapisi dengan bahan ini menjadi lebih tahan lama dan kuat saat berada di dalam air.

"Dari hasil uji menunjukkan dengan pelapis ini pelet bisa bertahan dalam air hingga 5-7 jam," ujar Fauzi.

Penggunaan pati kulit ubi kayu sebagai dasar pembuatan edible dipilih karena memakan biaya relatif murah dibandingkan bahan lain seperti protein maupun lipid. Selain itu, ketersediaannya cukup melimpah di masyarakat. Bahkan, lanjut Fauzi, kulit ubi kayu hanya menjadi limbah yang belum dimanfaatkan secara optimal.

Pembuatan pelapis pakan ikan dengan mengolah terlebih dulu kulit ubi kayu hingga menjadi pati. Selanjutnya, pati diformulasi mencampurkannya dengan dengan gliserol, carboxymethyl cellulose dan aquades melalui proses setirer. Terakhir, larutan yang dihasilkan disemprotkan ke pelet mandiri, sehingga pakan ikan yang lebih tahan lama dalam air.

Ketiga mahasiswa mengembangkan metode pelapis pakan ikan ini berawal dari keluhan masyarakat, terutama petani ikan di Sleman. Petani ikan sering mengeluhkan kondisi pakan ikan yang dibuat mandiri, kualitasnya tidak sebagus pakan ikan di pasaran.

"Mereka mengeluh pakan ikan mandiri kurang tahan dalam air, sehingga waktu makan ikan lebih singkat. Sementara itu, pakan ikan komersil harganya relatif lebih mahal dibanding pakan ikan mandiri," kata Ahadian menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement