Kamis 17 May 2018 12:23 WIB

Tahsin Alquran Membudaya di UAD

Sistem dan metode yang dirancang LPSI memberikan kemudahan bagi mahasiswa

Rep: MgROL 14/ Red: Fernan Rahadi
Universitas Ahmad Dahlan (UAD).
Foto: Dok Pribadi
Universitas Ahmad Dahlan (UAD).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Tahsin alquran sempat menjadi polemik di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta. Pasalnya, banyak mahasiswa merasa kesulitan mendapatkan sertifikat dari program tersebut. Padahal sertifikat digunakan sebagai salah satu persyaratan beberapa program supaya mahasiswa bisa lulus kuliah. 

Awal mula adanya program ini, mahasiswa bisa langsung mengikuti tes tahsin tanpa harus mengikuti bimbingan. Mahasiswa cukup mendaftar di Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI). Akan tetapi, beberapa kali pelaksanaan tes ditemukan joki tahsin dan mahasiswa yang sering gagal tes. Ini membuat LPSI UAD merevisi sistem dan aturan yang ada. 

“Awalnya kami hanya memberi jadwal tes tahsin kepada mahasiswa. Kemudian selama beberapa kali mengadakan tes, pernah ada joki dan masalah seperti jadwal yang bertabrakan dengan perkuliahan,” ungkap Kepala Pusat Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) dan Layanan Sosial Keagamaan LPSI, Nur Kholis Arman Maimun, Selasa (15/5).

Meski pada awalnya banyak kendala, saat ini tahsin Alquran di UAD sudah membudaya. Sistem dan metode yang dirancang LPSI memberikan kemudahan bagi mahasiswa. “Pendaftaran tahsin bisa melalui portal mahasiswa maupun kantor LPSI. Mereka bisa menentukan jadwal sesuai keinginan,” tuturnya.

LPSI memiliki target dalam satu periode yang terdiri dari 14 pertemuan, mahasiswa sudah bisa tes dan lulus dengan nilai baik. Akan tetapi, tetap ada penyesuaian karena perbedaan kemampuan masing-masing mahasiswa selama pembimbingan.

Kebijakan khusus diberikan kepada mahasiswa yang mata kuliah sertifikasi 1 di semester 2 mendapat minimal nilai B. Mereka bisa langsung ikut tes tahsin untuk memangkas antrean yang ada. Tetapi, jika belum lulus tes tiga kali, tetap harus mengikuti pembimbingan.

Saat ini, UAD memiliki sekitar 38 orang pembimbing tahsin dengan jadwal terstruktur. Kompetensi dari program yang sudah berjalan delapan tahun ini disertakan dalam Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI). Setiap tahun ditargetkan mahasiswa yang mendapat nilai A tahsin Alquran naik 5 persen.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement