Kamis 18 Jan 2018 17:17 WIB

Mengintip Pabrik Roti UMM yang Bebas Pengawet

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Hazliansyah
Pabrik roti Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), UMM Bakery.
Foto: dok: Humas UMM
Pabrik roti Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), UMM Bakery.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Tak banyak yang tahu bahwa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) memiliki pabrik roti yang bebas pengawet, UMM Bakery. Keberadaan pabrik ini berawal dari lolosnya proposal pengabdian pada masayakat Program Iptek bagi Kreativitas dan Inovasi Kampus (IbKIK) yang didanai oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).

Ide usaha ini awalnya datang dari dosen Ilmu Teknologi Pangan (ITP) UMM, Damat yang mengajukan proposal pengabdian pada masyarakat Roti Manis Fungsional di 2013 silam. Saat itu Damat melihat, tidak hanya mempunyai nilai ekonomi, peluang usaha di bidang bakery juga dapat menjadi media pembelajaran mahasiswa.

"Salah satu alasan Pak Damat mengajukan ke IbKIK adalah agar mahasiswa ITP memiliki wadah untuk praktikum secara langsung, yang mana hasil praktikum tersebut dapat dikembangkan di UMM Bakery," tutur Kepala Produksi UMM Bakery sekaligus Sosen ITP UMM Desiana Nuriza Putri melalui keterangan resmi yang diterima Republika.co.id, Kamis (18/1).

Tanpa disangka, Desiana menyebutkan, usaha tersebut mendapat sambutan cukup positif dari masyarakat. Bahkan, UMM Bakery saat ini telah berkembang dan memiliki produk dengan beberapa varian. Seperti roti sosis, roti mini, roti kepang hingga pizza dengan berbagai rasa.

Selain nikmat, Desiana mengungkapkan, ada keunggulan khas yang dimiliki produk UMM Bakery yakni bebas bahan pengawet. Bukan hanya itu, UMM Bakery juga menjual produknya dengan harga terjangkau mulai kisaran Rp. 1.500,- hingga Rp. 4.500,-.

Untuk meningkatkan kualitas produk, Desiana menerangkan, chef UMM Bakery saat ini masih terus melakukan inovasi. Ia menyiapkan formula baru untuk mengembangkan jenis roti yang lain.

"Rencananya bulan Februari kita akan meluncurkan varian baru," pungkas Desiana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement