Rabu 20 Dec 2017 18:52 WIB

Organisasi Difabel Nasional Dirintis di UIN Sunan Kalijaga

Rep: Eric Iskandarsjah/ Red: Yusuf Assidiq
Kampus UIN Sunan Kalijaga.
Foto: Yusuf Assidiq
Kampus UIN Sunan Kalijaga.

REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Semangat perjuangan yang selama ini telah dilakukan pegiat difabilitas, mulai dari ratifikasi Convention on the Rights of Persons with Disabilities (CRPD) menjadi UU Nomor 8 Tahun 2016, sampai berlangsungnya proses penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) merupakan langkah besar. Langkah besar ini tentunya juga memperbesar peluang yang memungkinkan terciptanya pendidikan inklusif di Perguruan Tinggi.

Untuk memantapkan perjuangan itu, beberapa perguruan tinggi yang concern terhadap pendidikan difabel seperti Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga (Suka) Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia (UII), UIN Syarief Hidayatullah, Universitas Surabaya, Universitas Indonesia, Alicante University Spanyol, dan didukung Dirjen Pendidikan Tinggi sedang merintis berdirinya organisasi difabel nasional di kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.  

Untuk kepentingan tersebut, diselenggarakan Konferensi Nasional bertajuk “Ensuring Access and Quality Education for Students with Disabilities in Indonesian Universities dan Launching Program INDOEDUC4ALL.

Mantan ketua Pusat Layanan Difabel (PLD) UIN Sunan Kalijaga, yang saat ini masih aktif mengembangkan keberadaan PLD, Rof’ah mengatakan, dirintisnya organisasi difabel nasional dan dilaunchingnya program INDOEDUC4ALL di kampus UIN Sunan Kalijaga, tentunya memberikan semangat tersendiri untuk membenahi pendidikan di Perguruan Tinggi agar memberikan akses yang sama terhadap mahasiswa difabel.  

Hal ini menjadi modal bagi keberlangsungan perjuangan para organisasi difabel dalam mengawal kebijakan pemerintah, khususnya di wilayah pendidikan. Ia mencontohkan bagaimana peran organisasi difabel dalam menterjemahkan atau memahami impelementasi pendidikan inklusi. Mulai dari Taman Kanak-kanak (TK,) Sekolah Dasar (SD,) Sekolah Menengah Pertama (SMP,) Sekolah Menengah Atas (SMA), sampai Perguruan Tinggi.

“Hal utama yang harus diperhatikan diantaranya adalah hal apa yang harus dilakukan, seperti assisstive teknologi apa yang harus ada, kemudian pentingnya unit difabilitas di semua pelayanan pendidikan, ketersedian sarana dan prasarana itu menjadi penting kunci sukses pendidikan inklusi,” ujarnya, Rabu (20/12).

Menurut Rof’ah, di kampus UIN Sunan Kalijaga, sebelum  berdirinya PLD, para mahasiswa telah aktif memberi pendampingan kepada para mahasiswa difabel. Karena memang sejak dulu kampus ini telah menerima difabel untuk bisa studi lanjut.

Dengan Lahirnya PLD, katanya, kampus ini lebih bisa melakukan pelayanan yang sebaik-baiknya. Terlebih lagi dengan adanya dukungan dari Dirjen Dikti dan University of Alicante, Spanyol, diharapkan akan bisa segera didirikan organisasi difabel nasional yang akan memayungi berbagai PLD yang ada di kampus-kampus di Indonesia ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement