Selasa 14 Nov 2017 16:43 WIB

Rektor IPB Sampaikan Laporan Pertanggungjawaban 2012-2017

Rektor IPB Herry Suhardiyanto menyampaikan laporan pertanggungjawaban masa bakti 2012-2017.
Foto: Dok IPB
Rektor IPB Herry Suhardiyanto menyampaikan laporan pertanggungjawaban masa bakti 2012-2017.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof  Dr  Herry Suhardiyanto menyampaikan laporan pertanggungjawaban masa bakti 2012-2017 di Kantor Majelis Wali Amanat (MWA) IPB, kampus Baranangsiang, Bogor, Jawa Barat, Jumat  (10/11).

Laporan pertanggungjawaban ini dilakukan di hadapan para Pimpinan dan Anggota Majelis Wali Amanat (MWA) IPB; Pimpinan, Ketua Komisi dan Sekretaris Komisi Senat Akademik (SA) IPB; Pimpinan, Ketua Komisi dan Sekretaris Komisi Dewan Guru Besar (DGB) IPB; para Wakil Rektor IPB; Sekretaris Institut (SI) IPB; dan para Calon Rektor IPB. Dalam kesempatan ini rektor menyebutkan secara menyeluruh program-program Tridharma Perguruan Tinggi, yakni  pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Rektor mengatakan visi yang telah dicapai menjadi modal untuk melewati fase perubahan berikutnya, dan sebagai tangga untuk mencapai visi jangka panjang 2045, yaitu “IPB Future”. “Yaitu menjadi Techno Socio Entrepreneurial University yang terdepan dalam memperkokoh martabat bangsa melalui pendidikan tinggi unggul pada tingkat global di bidang pertanian, kelautan dan biosains tropika,” ujarnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Senin (13/11).

Dalam bidang pendidikan, rektor memandang bahwa perluasan akses dan peningkatan kualitas pendidikan atau prinsip quality education dan education for all adalah kunci bagi IPB untuk menghasilkan sumberdaya manusia (SDM) pertanian yang handal dan berdaya saing dari seluruh Tanah Air.

Salah satu di antaranya pengembangan program studi sarjana dalam lima tahun terakhir dilakukan secara inovatif, adaptif dan relevan dengan kebutuhan dan tantangan perkembangan zaman. “Pembentukan Program Studi Aktuaria merupakan langkah penting dalam menjawab tantangan perekonomian yang semakin tidak pasti dan menghadapi risiko keuangan yang bisa muncul setiap saat,” ujarnya.

Sementara dalam bidang penelitian, rektor menyampaikan peningkatan mutu penelitian merupakan upaya penting untuk menghasilkan inovasi-inovasi unggul yang berguna bagi masyarakat. “Hal ini merupakan pilar kedua dalam strategi pengembangan IPB 2012-2017.  Untuk mengarahkan tema penelitian menjadi lebih konvergen, agenda riset IPB telah dirumuskan meliputi pangan, energi, ekologi, penanggulangan kemiskinan dan biomedis,” tuturnya.

Ia menambahkan, melalui penelitian yang berkualitas, jumlah publikasi baik nasional maupun internasional terus meningkat. “Jumlah publikasi nasional setiap tahunnya rata-rata mencapai 500 artikel. Jumlah publikasi internasional yang terindeks Scopus sampai pada bulan Oktober tahun 2017 mencapai 597 artikel,” paparnya.

Lebih lanjut rektor sampaikan peran IPB sebagai penggerak prima dalam pengarusutamaan pertanian, salah satunya diwujudkan melalui kehadiran IPB dalam berbagai program dan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Hal ini menjadi pilar ketiga dalam strategi pengembangan IPB 2012-2017.

Program pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan melalui model pendampingan sistem agribisnis dan transfer pengetahuan/teknologi ke masyarakat melalui penyuluhan dan pendampingan, khususnya bagi petani, nelayan dan peternak.

Hingga tahun 2017, setiap tahunnya tercatat 1.014 desa atau kelompok masyarakat produktif binaan IPB dengan total individu petani/peternak/nelayan yang mendapat advokasi dan pendampingan berjumlah 37.948 orang.

Pilar-pilar Tridharma IPB,  kata rektor,  akan kokoh menopang visi pengarusutamaan pertanian jika didukung dengan kapasitas fasilitas dan sumberdaya manusia yang handal dan memadai. Namun demikian, di tengah keterbatasan dalam pendanaan, peningkatan kapasitas sumberdaya melalui pengembangan jejaring kerja sama menjadi pilar keempat dalam strategi pengembangan IPB 2012-2017.

 

Beberapa kerja sama internasional di bidang riset; di samping memberikan manfaat bagi peningkatan kinerja dan mutu akademik seperti peningkatan publikasi internasional dan pengalaman riset bagi para dosen IPB, ternyata memberikan manfaat yang memungkinkan IPB memperoleh dan menggunakan peralatan laboratorium. “Ini menjadi solusi untuk keterbatasan dana dalam pengadaan peralatan laboratorium rise,” tuturnya.

 

Pilar strategi kelima yang penting dalam pengembangan IPB 2012-2017 adalah peningkatan kesejahteraan dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa. Dalam hal anggaran untuk kesejahteraan, jumlah alokasi dana imbal jasa pegawai dibandingkan dengan total anggaran IPB mengalami peningkatan dari 34,34 persen pada tahun 2016 menjadi 37,30 persen pada tahun 2017.  “Sementara itu, batas rasio imbal jasa tertinggi dan terendah mencapai 15,21 pada tahun ini,” ungkapnya.

Ia menyebutkan, peningkatan kesejahteraan juga dilakukan melalui program jaminan kesehatan dan pemberian kompensasi non finansial. Pemberian kesejahteraan dalam bentuk jaminan kesehatan adalah program asuransi kesehatan dan medical check-up, sedangkan pemberian kompensasi nonfinansial pegawai dilakukan melalui pemberian bingkisan hari raya serta alokasi dana sosial misalnya musibah yang menimpa dosen dan tenaga kependidikan IPB.

Pada periode ini, jaminan kesehatan diberikan dalam bentuk asuransi kesehatan BPJS Kesehatan dan asuransi kesehatan komersil dengan benefit menguntungkan bagi pengguna. IPB juga setiap tahun bekerja sama dengan rumah sakit mitra untuk menyelenggarakan layanan medical check up yang hingga tahun 2017 telah diikuti sebanyak 1.304 orang.

Pencapaian visi IPB sebagai perguruan tinggi berbasis riset dan berperan sebagai penggerak prima pengarusutamaan pertanian bertumpu pada penguatan dan dinamisasi sistem manajemen yang menjadi pilar keenam strategi pengembangan IPB 2012-2017. “Pilar ini mencakup dinamisasi organisasi dan tata kelola, pengelolaan sumberdaya, serta teknologi informasi dan komunikasi,” kata rektor.

Penyelenggaraan tata kelola organisasi di IPB diukur melalui Indeks Kepatuhan Terbobot yang diperoleh dengan menghitung rata-rata capaian pemenuhan standar di bidang akademik dan tingkat kepatuhan unit kerja di bidang keuangan, sumberdaya, dan aset. Sejak pertama kali digunakan pada tahun 2016, Indeks Kepatuhan Terbobot program studi dan unit kerja tahun 2016 mencapai 83,13 persen dan pada tahun 2017 mencapai 93,05 persen.

“Pencapaian indeks kepatuhan yang lebih tinggi dapat dilakukan jika seluruh unit memahami secara komprehensif dan melaksanakan SPMI, POB dan Peraturan Rektor, maupun peraturan perundangan yang terkait dengan tata kelola,” paparnya.

Rektor mengucapkan terima kasih kepada pimpinan dan anggota MWA, pimpinan dan anggota SA, pimpinan dan anggota DGB atas kerja samanya selama ini. Juga kepada para Wakil Rektor dan Sekretaris Institut, pimpinan LPPM, para Dekan dan Wakil Dekan, para Direktur, Kepala Biro dan Kepala Kantor, para Ketua Departemen dan Kepala Pusat, para Kepala Unit Penunjang Akademik dan semua pihak yang telah bekerja keras untuk kemajuan IPB.

“Terima kasih yang tulus dan tidak terhingga kepada seluruh dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa dan alumni yang telah bersatu-padu dan telah memiliki pemahaman yang sama mengenai perlunya mengutamakan kepentingan IPB serta bangsa dan negara,” pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement