Rabu 25 Oct 2017 10:02 WIB

Sistem Ekonomi Islam Atasi Kriris Keuangan Global

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry melaksanakan stadium general mengenai ekonomi syariah.
Foto: Dok UIN Ar-Raniry
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry melaksanakan stadium general mengenai ekonomi syariah.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Program Studi (prodi) Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry melaksanakan stadium general dengan tema ’Lesson learned from Global Financial Crisis and How Islamic Bank and Microfinance could sustain’ di Aula Lt.3 Biro Rektor UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, Jumat (20/10).

Stadium yang dimoderatori Dr Azharsyah SE, M.S.O.M ini menghadirkan Dian Mashita, SE, MT, PhD, dosen senior Fakultas Ekonomi  Universitas Padjajaran, Bandung.

Ketua Prodi Perbankan Syariah yang sekaligus sebagai penanggung jawab kegiatan ini, Israk Ahmadsyah, BEc, MEc, MSc mengatakan, kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa Prodi Perbankan Syariah, para dosen di lingkungan FEBI serta tamu undangan yang berasal dari perbankan syariah, Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) dan lembaga keuangan mikro syariah.

Dekan FEBI UIN Ar-Raniry Prof Dr  Nazaruddin A Wahid MA saat membuka acara mengemukakan beberapa isu yang saat ini berkembang di kalangan masyarakat. Contohnya,  isu operasional bank Islam belum sesuai dengan syariat. “Namun hal ini menarik untuk dikaji karena bisa saja persepsi masyarakat tentang syariah tidak sama dengan standard syariah sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN),” ujarnya.

Sementara itu, Dr Dian Mashita dalam paparannya mengupas tentang bagaimana ekonomi ribawi telah mengakibatkan terjadinya krisis ekonomi dan keuangan dunia berkali-kali sejak depresi besar tahun 1930-an di Amerika Serikat.

“Krisis ekonomi 2008 juga diakibatkan karena begitu kompleksnya permasalahan yang terjadi, banyaknya kredit macet yang terjadi akibat ketidakmampuan nasabah membayar hutang dan bunga selain terjadinya manipulasi berita media massa  demi kepentingan para pengambil kebijakan serta wujudnya ketamakan para investor, “ katanya menjelaskan.

Pada akhirnya, sambung Dian menyimpulkan, krisis keuangan terjadi karena problem yang muncul dari sistem keuangan yang begitu kompleks.

Dian menjelaskan, ekonomi ribawi hanya menampilkan kondisi yang disebut dengan bubble economics, yaitu seperti balon yang ketika meletus tidak memiliki isi. Maksudnya, betapa banyak transaksi keuangan, ternyata tidak di-backup oleh transaksi sector ril, dan ini adalah kegagalan terbesar karena tidak mampu melihat permasalahan kondisi ekonomi secara utuh.

 

Namun, kata Dian Mashita, yang menariknya, sistem perbankan Islam mampu bertahan  dari krisis keuangan tersebut. Ini karena sistem keuangan syariah, selain melarang praktik riba, spekulasi, investasi sektor haram,  juga menawarkan pola bagi hasil yang dikenal adil meski harus melewati krisis.

"Artinya, keadilan mampu terjaga, baik ketika untung maupun saat terjadinya krisis karena sistem ini didukung oleh aset dan produk. Sehingga,  terjadi keseimbangan antara sektor ril dan sektor keuangan, “ pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement