Rabu 23 Aug 2017 06:48 WIB

5 Mahasiswa UGM Kembangkan Meteran Listrik Pintar

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Qommarria Rostanti
Meteran listrik (ilustrasi).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Meteran listrik (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil mengembangkan meteran listrik pintar. Alat itu dapat meminimalisir terjadinya mati listrik akibat hubungan singkat arus (korsleting) maupun beban berlebih.

Kelima mahasiswa yakni Oca Tantya Saputra, Damai Bela Nusantara, Muhammad Yasirroni, Dimas Pulung Herjuno, dan Aliefya Fadhila Ramadhani. Mereka merupakan mahasiswa Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik, UGM.

Mereka mengembangkan sebuah alat untuk meminimalisir mati listrik yang diberi nama Smart atau kepanjangan Solusi Metering Adaptif untuk Rumah Tangga. Oca mengatakan, Smart berfungsi sebagai komponen pelengkap meteran listrik PLN. Alat itu tinggal diletakkan di jaringan listrik rumah tangga untuk dapat meminimalisir listrik padam akibat permasalahan dari sisi pelanggan.

"Ketika terjadi overload, maka listrik hanya padam pada peralatan yang kita pilih saja, misalnya pada AC, begitu juga ketika terjadi short circuit, listrik hanya padam pada peralatan yang mengalami korsleting saja," kata Oca, Selasa (22/8).

Smart didukung aplikasi mobile yang mampu memonitor penggunaan daya listrik di suatu rumah, yang bekerja dengan konsep preventif dan responsif. Dalam upaya preventif,  Smart memberikan pop up notifikasi yang akan muncul di ponsel pengguna. Pop up muncul apabila penggunaan daya mencapai batas yang ditetapkan, misal 90 persen dari penggunaan daya total. Sedangkan, tindakan responsif dilakukan saat overload, sehingga Smart memilih piranti elektronis tertentu untuk dimatikan agar penggunaan tak berlebih. "Prinsip tersebut juga diterapkan untuk menanggulangi hubungan singkat, yaitu listrik hanya padam pada perlatan yang mengalami korsletting saja," ujar Oca.

Selain dapat diaplikasikan di rumah tangga, Smart berpotensi untuk dikembangkan dan diaplikasikan ke industri. Jika terjadi kelebihan beban pada industri, pemadaman hanya terjadi pada peralatan yang dipilih saja sehingga mesin-mesin produksi tidak akan padam.

Lewat cara ini, jumlah produk cacat dapat berkurang dan waktu pelayanan jadi lebih cepat. Oca menyebut, Smart memiliki potensi besar mengatasi kekurangan daya listrik di Indonesia. Jika diterapkan masif, Smart dapat berkomunikasi dan membentuk komponen kota pintar.

Selain itu, nilai kerja pemutus Smart yang dapat diubah memakai remote dapat dimanfaatkan untuk mengakomodir daya. Misalnya, ketika terjadi kelebihan sisi pelanggan, Smart tidak akan melakukan trip apabila trafo masih bekerja dalam batas aman. Contoh lain, pada saat terjadi kekurangan daya pembangkitan akibat bencana, Smart dapat mengganti pemadaman bergilir lewat pembatasan daya langganan bergilir. Karenanya, meteran listrik pintar buatan ini ke depan bisa menjadi solusi untuk meminimalisir mati listrik baik akibat kelebihan beban atapun hubungan singkat. "Alat ini berhasil mendapatkan dana hibah penelitian dari Dikti dan berhasil melaju dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) di Makasar pada 23 hingga 28 Agustus 2017," kata Oca.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement