Jumat 26 May 2017 07:39 WIB

UGM-Unram Temukan Pakan Penurun Kolesterol Daging

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Ilham
ilustrasi daging sapi.
ilustrasi daging sapi.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerja sama dengan Fapet Universitas Mataram (Unram) menemukan pakan penurun tingkat kolesterol daging sapi. Pakan tersebut berasal dari kulit buah kakao (KBK) yang banyak ditemukan di sekitar lingkungan peternakan. Kemudian dicampur dengan jerami jagung sebagai pakan utama sapi.

“Hasil penelitian di Fapet UGM dan Fapet Unram menunjukkan bahwa sapi Bali yang diberi pakan KBK dicampur dengan jerami jagung, mempunyai rata-rata kandungan kadar kolesterol 62,5 mg/100g,” ujar Peneliti Senior Fapet UGM Edi Suryanto, kemarin.

Menurut dia, secara umum sapi Bali yang pakan utamanya tidak dicampur KBK mempunyai rata-rata kandungan kadar kolesterol 80-100 mg per 100 gram. Ia menuturkan, jika kolestrol pada daging sapi dapat diturunkan, maka tingkat kolestrol pada tubuh manusia pemakan daging sapi juga dapat menurun.

“Memasuki Bulan Ramadhan biasanya masyarakat mengkonsumsi daging sapi cukup banyak. Karena itu, sangat perlu diperhatikan kadar kolesterol yang terkandung dalam daging sapi. Supaya saat puasa kita bisa tetap sehat dan bugar," kata Edi.

Selain itu, ia mengemukakan, dampak lain pencampuran KBK ke dalam pakan ternak sapi juga menghasilkan beberapa kelebihan. Pertama, kandungan karkas (daging dan tulang) tercatat sebesar 52,4 persen. Kedua, area mata rusuk atau rib eye area daging sapi seluas 58,6 cm2.

“Karena itu, untuk mencapai hasil penurunan kolesterol yang maksimal, KBK perlu difermentasi sehingga meningkatkan kualitas dan kecernaan KBK jadi dapat dikonsumsi sapi secara optimal,” ujar Edi.

Meski demikian, ia mengakui, saat ini pakan ternak selalu kurang atau langka di musim kemarau. Sementara, produksi KBK sangat melimpah di Indonesia dan dapat diberikan pada sapi untuk memenuhi kebutuhan pakan sapi, sehingga sapi dapat tumbuh dan memproduksi daging yang optimal dan rendah kolesterol.

Oleh karena itu, kulit buah kakao perlu diproses dan disosialisasikan pada peternak untuk menjadi pakan sapi. Integrasi antara peternakan sapi dan perkebunan kakao juga perlu dilakukan, sehingga kolaborasi di bidang peternakan dan perkebunan dapat menjadi solusi kekurangan pakan.

Edi menambahkan, dengan begitu dunia peternakan sapi akan lebih bergairah dan dapat menopang target pemerintah dalam swasembada daging di dalam negeri. Maka itu, penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi positif bagi peternak di Indonesia, khususnya untuk meningkatkan kualitas daging sapi sekaligus memanfaatkan kondisi kekurangan pakan di musim kemarau.

“Pemikiran ini sebaiknya diterapkan secara efektif. Sehingga target dan kolaborasi pemerintah dengan akademisi terwujud optimal,” kata Edi.

Senada dengan itu, Pengamat Kebijakan Publik Bidang Sosial Masyarakat dari Universitas Indonesia (UI), Sri Handiman Supyansuri mengapresiasi langkah Fakultas Peternakan UGM dan Unram dalam memberikan edukasi penting kepada masyarakat. Khususnya dalam peningkatan kualitas daging sapi.

Ia mengatakan, upaya pencegahan meningkatnya jumlah masyarakat yang mengidap berbagai penyakit sebagai akibat tingginya kadar kolesterol, harus dilakukan sejak awal. Bahkan sejak memilih jenis konsumsi yang akan dinikmati.

“Ini namanya upaya preventif yang sederhana namun penting untuk dilakukan. Fapet UGM dan Unram telah berkontribusi besar dalam hal ini. Artinya juga, kampus-kampus lain di seluruh Indonesia harus berani berkontribusi aktif seperti kedua kampus itu, terutama dalam membangun sumber daya manusia melalui asupan konsumsi masyarakat,” kata Handiman.

Ia menambahkan, khusus menghadapi bulan puasa dan menjelang Hari Raya Idul Fitri, masyarakat harus terus diedukasi untuk menjaga tubuh dan rohaninya. Baik melalui konsumsi makanan maupun melalui konsumsi ibadah yang dijalankan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement