Selasa 16 May 2017 16:39 WIB

40.894 Peserta Ikuti Ujian SBMPTN di Yogyakarta

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Hazliansyah
Petugas membantu peserta penyandang low vision saat ujian Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2017 di ruang F-MIPA Universitas Negeri Yogyakarta, (16/5).
Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Petugas membantu peserta penyandang low vision saat ujian Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2017 di ruang F-MIPA Universitas Negeri Yogyakarta, (16/5).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) digelar serentak pada Selasa (16/5). Setidaknya ada lima perguruan tinggi pelaksanaan SBMPTN di Yogyakarta. Antara lain UGM, UNY, UPN, UIN Sunan Kalijaga dan ISI.

Adapun total peserta ujian SBMPTN di lima perguruan tinggi tersebut berjumlah 40.894 orang. Sebanyak 39.305 peserta mengikuti Paper Based Testing (PBT) dan 1.590 lainnya mengikuti Computer Based Testing (CBT).

Direktur Penjaminan Mutu Kemenristek Dikti, Aris Junaedi mengatakan, ada beberapa perbaikan yang dilakukan panitia penyelenggara dalam pelaksanaan ujian SBMPTN tahun ini. Terutama pada kualitas pelaksanaan ujian.

“Itu bisa dilihat dari perubahan proporsi mahasiswa yang diterima pada jalur SNMPTN sebanyak 30 persen. Sedangkan pada jalur SBMPTN sebanyak 40 persen,” kata Aris.

Ia juga mengemukakan, perbaikan lain juga terjadi pada jumlah peserta SBMPTN Computer Based Testing (CBT). Jumlah peserta CBT tahun ini naik sekitar 10 kali lipat dari tahun sebelumnya. Bila pada 2016 jumlah peserta CBT hanya berkisar 2.000 orang, maka tahun 2017 jumlah peserta yang mengikuti CBT sekitar 20.890 orang di seluruh Indonesia. Perbaikan juga dapat dilihat dari pelayanan terhadap peserta difabel.

Rektor UGM, Dwikorita Karnawati menjelaskan bahwa di Yogyakarta terdapat 27 peserta ujian SBMPTN berkebutuhan khusus. Jumlah tersebut meliputi 13 orang peserta tuna rungu, empat orang peserta tuna daksa, dan 10 orang tuna netra.

Terkait peserta berkebutuhan khusus, Aris Junaedi menjelaskan bahwa mereka akan dilayani sebaik-baiknya.

“Mereka juga akan mendapatkan pendamping, seperti mendapatkan peringatan waktu bagi peserta tuna rungu yang tidak dapat mendengarkan suara bel dimulai dan dihentikannya ujian,” paparnya.

Selain itu, antisipasi kecurangan dalam pelaksanaan ujian SBMPTN juga tetap dilakukan. Wakil Rektor Bidang Akademi dan Kemahasiswaan UGM, Iwan Dwiprahasto menjelaskan, hal tersebut dilakukan dengan beberapa cara seperti pengawasan gerak-gerik mencurigakan yang dapat menimbulkan kecurangan.

Kemudian untuk mengantisipasi penggunaan teknologi seperti telepon genggam, para peserta diwajibkan menaruh telepon genggam ke dalam tas lalu meletakkan tas pada tempat yang telah disediakan.

“Antipasi kecurangan juga dilakukan dengan pengecekan identitas mahasiswa untuk menghindari penggunaan joki pada ujian SBMPTN,” kata Iwan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement