Ahad 06 Nov 2016 14:45 WIB

Mahasiswa Ini Inovasikan Tablet Apung dari Kulit Pisang

Rep: Binti Sholikah/ Red: Andi Nur Aminah
Kulit pisang
Foto: flickr
Kulit pisang

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) Kresensia Apriana Bukarim, membuat penelitian tablet apung dari kulit pisang. Jika diminum, tablet ini dapat hancur setelah mengapung di lambung selama 10 jam.

Kresensia yang meraih predikat Wisudawan Akademik Terbaik dalam Wisuda Periode II pada 2016 pada Sabtu (5/11) ini mendapat IPK 3,49. Gadis kelahiran Nusa Tenggara Timur (NTT) ini mengaku, penelitiannya merupakan pengembangan lanjutan dan berfokus pada pengembangan fungsi dari amilum kulit pisang.

Penelitian ini menggunakan amilum kulit pisang agung yang berfungsi sebagai matriks kombinasi untuk sediaan tablet floating ibuprofen. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI Nomor 87 Tahun 2013, tentang Peta Jalan Pengembangan Bahan Baku Obat, dijelaskan bahwa amilum merupakan salah satu bahan baku obat yang akan dikembangkan dalam skala jangka menengah. Dari situlah Kresensia mengaku ide pengembangan amilum dimulai.

Tablet floating merupakan tablet yang mampu mengapung pada cairan lambung karena memiliki densitas (massa jenis) yang lebih kecil dari air. Tablet ini dirancang untuk mampu bertahan selama 10 jam di dalam lambung. Amilum kulit pisang berfungsi sebagai matriks kombinasi pada pelepasan obat yang terjadi secara perlahan.

Ia memanfaatkan obat jenis ibuprofen dengan dosis 400 miligram untuk pengobatan antireumatik. Dengan pelepasan perlahan ibuprofen pada lambung akan meningkatkan absorbsi ibuprofen dan kadar ibuprofen dalam darah. "Dari penelitian ini diketahui bahwa amilum kulit pisang agung selain dapat digunakan sebagai bahan pengikat pada tablet, dapat juga digunakan sebagai matriks pelepasan tablet floating," jelasnya kepada wartawan di kampus UKWMS, Jumat (4/11).

Ia menambahkan, tahap pembuatan tablet diawali dengan pembuatan amilum kulit pisang agung, lalu pembuatan tablet menggunakan formula yang sudah fix. Setelah itu pengujian dan evaluasi tablet, termasuk analisis kadar obat mencari formula optimum mengunakan program design expert pembuatan tablet optimum serta pengujian dan evaluasi tablet optimum.

Penelitian ini dilakukan sekitar satu tahun bersama tiga temannya yakni Asmaul Fauziah, Morisia HW, dan Deianira Chandrikarani. Mereka didampingi oleh Dosen Pembimbingnya, Y Lannie Hadisoewignyo dan Henry KS.

Ia juga mengaku menemui kendala pada tahap awal melakukan orientasi. Yakni susahnya menentukan formula atau pemilihan bahan tambahan yang sesuai agar tablet dapat mengapung pada cairan HCl (simulasi cairan lambung) sesuai waktu yang ditetapkan.

"Selama ini tablet yang ada di pasaran setelah diminum langsung dihancurkan lambung kemudian dibawa ke usus. Dengan tablet ini diharapkan pasien yang biasanya minum obat tiga kali sehari menjadi dua kali bahkan satu kali," imbuhnya.

Kresensia berharap bisa menjadi seorang apoteker yang mampu memberikan suatu kontribusi positif untuk profesinya terutama dalam pengembangan bahan obat. Untuk penelitian ini, ia berharap semoga menjadi salah satu dari sekian banyak skripsi yang bisa menjadi acuan atau referensi untuk pengembangan pada tahap yang lebih tinggi. Penggunaan amilum kulit pisang dapat terus berkembang.

"Untuk ke depan saya berharap punya kesempatan untuk melanjutkan penelitian ini ke uji in vivo untuk melihat kadar obat dalam darah," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement