Rabu 26 Oct 2016 09:23 WIB

UI Rintis Pusat Riset Terpadu Energi Panas Bumi

Rep: Frederikus Bata/ Red: Dwi Murdaningsih
Petugas sedang melakukan pemantauan pada Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Indonesia Power di Pamijahan, Bogor, Jawa Barat,Kamis (21/4).  (Republika/Tahta Aidilla)
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Petugas sedang melakukan pemantauan pada Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Indonesia Power di Pamijahan, Bogor, Jawa Barat,Kamis (21/4). (Republika/Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK- - Universitas Indonesia (UI) merintis terbentuknya Pusat Riset Terpadu Panas Bumi melibatkan para pakar lintas fakultas, praktisi dan sektor swasta.  Hal ini untuk mendorong pemanfaatan energi panas bumi di tanah air.

 

Berbagai aktivitas riset eksplorasi dan produksi sebenarnya telah berlangsung lama di lingkungan UI namun masih berjalan sesuai rumpun keilmuan masing-masing fakultas. Sebagai langkah awal kerja terpadu lintas bidang ini, Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat bersama Program Magister Geothermal UI menggelar workshop internasional bertajuk Mengurangi risiko bisnis panasbumi dengan mempercanggih teknologi yang sudah ada di gedung Balairung Universitas Indonesia, Kota Depok Jawa Barat, pada 25 hingga 26 Oktober 2016.

 

"Kami berupaya mengoptimalkan semua pakar lintas fakultas yang ada di UI untuk memperkuat riset di bidang panasbumi, di antaranya Fakultas MIPA, Teknik, Ekonomi dan Bisnis serta rumpun ilmu sosial lainnya," kata kata Ketua Program Magister Eksplorasi Geotermal Universitas Indonesia, Yunus Daud,  di Depok, Selasa, 25 (25/10).

 

UI serius dalam mendorong target pemerintah mencapai penyediaan daya listrik 35 ribu Megawatt yang mayoritas akan bersumber dari energi baru terbarukan panasbumi.

 

"Sesegera mungkin UI akan memproses pembentukan pusat riset panasbumi. Rektor akan mengajukan ke Senat Akademik Universitas," kata Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Indonesia, Bambang Wibawarta.

 

Sebelumnya Wakil Ketua DPR RI Dr Agus Hermanto menyampaikan hasil keputusan pertemuan Senior Official Meeting tujuh kementerian di gedung DPR pada Senin (24/10) agar target Kebijakan Energi Nasional sebesar 7.200 MW dari panasbumi dapat segera tercapai.

"Salah satu butir kesepakatannya adalah Indonesia harus segera membangun pusat riset panasbumi yang berada di bawah koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi. Pusat Riset ini akan menggabungkan berbagai aktivitas terkait panasbumi yang telah berlangsung di UI, ITB, UGM, Kementeran ESDM, Pertamina Geothermal, PLN dan tempat-tempat lainnya," ujar Agus.

 

Pendiri institut panasbumi Universitas Auckland Selandia Baru, Manfred P Hochstein menyayangkan jika Indonesia tidak segera mengoptimalkan potensi energi panasbumi. Menurutnya Indonesia memiliki segalanya. Sumberdaya alam, sumberdaya manusia yang mampu mengoptimalkan energi panasbumi.

"Indonesia Hanya butuh keseriusan, kebijakan politik dan koordinasi serta kerjasama di antara para stake holder itu sendiri," ujar Hochstein.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement