Kamis 29 Sep 2016 18:18 WIB

Kontrasepsi Pria Temuan Peneliti UB Diajukan untuk Hak Paten

Rep: Christyaningsih/ Red: Yudha Manggala P Putra
Universitas Brawijaya
Foto: panoramio.com
Universitas Brawijaya

REPUBLIKA.CO.ID,MALANG – Vaksin kontrasepsi pria buatan peneliti Universitas Brawijaya (UB) tengah diajukan untuk memperoleh hak paten. Vaksin kontrasepsi pria hasil penemuan Aulani’am dan timnya saat ini sudah terdaftar paten dan diupayakan mendapatkan hak paten.

Aulanni’am yang merupakan peneliti dan staf ahli Institute Biosanis mengungkapkan produk hasil penelitian ini sudah dilakukan secara in vivo di laboratorium.

Hasilnya, kata Aulia, menunjukkan hasil yang bagus dan sebagai vaksin kontrasepsi pria yang dinilai efektif , aman, dan reversible. “Hak paten dari rangkaian penelitian ini sebagai modal peneliti untuk bekerja sama dengan industri, agar tidak akan ada komplain terhadap produk yang sudah kita produksi”, jelasnya.

Penelitian tentang vaksin kontrasepsi pria sudah dilakukan sejak belasan tahun lalu oleh tim peneliti Universitas Brawijaya. Vaksin kontrasepsi yang sedang dikembangkan ini berupa human recombinant protein yang akan menganggu proses spermatogenesis melaui gangguan terhadap ikatan antara hormon FSH (follicle stimulating hormone) dan reseptornya yaitu FSHR (follicle stimulating hormone receptor).

Pada prinsipnya, kontrasepsi bagi pria itu bertujuan untuk menghambat pembuahan dengan memperlambat mobilitas (gerakan) dan gerakan sperma. Sehingga, sperma tidak bisa mencapai sel telur. Cara itu telah diujicobakan ke hewan percobaan mencit dan tikus putih. Percobaan itu telah terbukti dapat mengurangi jumlah anak kedua hewan itu.

Selain itu, vaksin juga tidak memengaruhi sintesis hormon yang berkaitan dengan libido yaitu hormon LH (luteinising hormone). Tahap penelitian yang akan dilakukan selanjutnya adalah aplikasi pada manusia. Upaya ini dilakukan bekerja sama dengan para dokter terkait reproduksi pria. Kontrasepsi tersebut tidak akan mengganggu produksi hormon pria yang berkaitan dengan libido.

“Pria dapat dengan mudah kembali ke kondisi kesuburan semula setelah suntikan dihentikan atau bersifat reversible yaitu terjadi infertilitas pria sementara,” terang Aulia lebih lanjut.  

Kelebihan alat kontrasepsi pria, ini tidak mengganggui profil hormon LH, karena tidak menganggu libidonya. Kontrasepsi ini hanya mencegah spermatogenesis atau pembentukan sperma. Apabila spermatogensis dihambat maka ada penekanan terhadap infertilitas pria. Vaksin ini ideal setelah dihentikan tidak mengganggu proses spermatogenesis dan kualitas sperma akan kembali semula.

Sebelum diaplikasikan pada manusia, vaksin masih melalui beberapa tahap penelitian seperti penyiapan approval dari komisi etik penelitian kesehatan, ethical clearance, dan inform concern. “Kita ingin dasar penelitiannya berjalan bagus sehingga produk ini jadi unggulan produk berikutnya dari UB melalui program academic, bisnis, dan government/pemerintah (ABG) dan dan menuju masyarakat melalui program academic, bussines, government, dan community (ABGC),” harapnya.

Dalam kunjungan ke Institut Biosains beberapa waktu lalu, kepala BKKBN Surya Chandra Surapaty mendukung kontrasepsi pria buatan peneliti Institut Biosains tersebut. Dikatakannya, jika memang aman dan efektif maka vaksin akan segera disosialisasikan ke masyarakat. “Harapannya kontrasepsi ini bisa disosialisasikan dan mendukung program kependudukan keluarga berencana dan pembangunan keluarga,” ujar Surya. Sementara ini, vaksin kontrasepsi pria hasil penemuan Aulani’am dan timnya dalam penjajagan kerja sama dengan BKKBN. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement