REPUBLIKA.CO.ID,PALANGKARAYA--Para peneliti dari Laboratorium Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (Lab MIPA) Universitas Muhammadiyah Palangkaraya (UMP) sedang menyiapkan riset tentang karakteristik pasak bumi merah yang tumbuh secara terbatas di kawasan hutan Kalimangan Tengah.
Seorang peneliti Lab MIPA UMP, Siti Maimunah di Palangka Raya, Jumat, menyebutkan tanaman pasak bumi merah tumbuh secara terbatas di sisi kawasan hutan pendidikan milik UMP di wilayah Kecamatan Rakumpit, pinggiran Kota Palangka Raya yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Gunung Mas.
UMP sejak tahun 2014 diberikan tugas dari Kementerian Kehutanan untuk mengelola kawasan hutan dengan tujuan khusus (KHDTK). Kawasan seluas 5.000 Ha yang dicadangkan Pemerintah Kota Palangka Raya itu telah difungsikan sebagai hutan pendidikan dan pusat riset skala internasional.
Pasak bumi selama ini dikenal sebagai jenis tanaman yang memberikan khasiat kebugaran tubuh manusia, dan di banyak daerah di Indonesia pasak bumi dijadikan sebagai obat kuat bagi pria dewasa.
Akar pasak bumi yang rasanya pahit banyak dijual di took-toko pusat kerajinan khas Kalteng yang banyak terdapat di kota Palangka Raya dan daerah lainnya di Provinsi Kalteng.
Para pengrajin di Kalteng juga menjadikan akar pasak bumi yang besar dibuat semacam gelas yang di dalamnya dapat dituangkan air dan setelah beberapa menit bisa diminum mampu meningkatkan vitalitas tubuh.
Namun pasak bumi yang banyak dijual di Palangka Raya dan daerah lainnya di Kalteng itu jenis pasak bumi putih ke kuning kuningan. Sedangkan jenis tanaman baru yang banyak didapatkan di kawasan hutan pendididikan UMP di Rakumpit itu memiliki kemiripan dengan jenis tanaman pasak bumi, dengan warna merah.
Siti Maimunah yang juga Dekan Fakultas Pertanian dan Kehutanan UMP menyatakan segera meneliti karakteristik tanaman baru itu dan selanjutnya melibatkan peneliti dari Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan UMP untuk meneliti kandungan dan khasiat pada akar pasak bumi merah.
"Perlu dilakukan riset dan uji lab terhadap kandungan pada tanaman pasak bumi merah, apakah sama dan bahkan lebih berkhasiat dari pasak bumi biasa. Atau bisa saja hasil uji lab pasak bumi jenis baru itu tidak untuk dikonsumsi manusia," ucap Siti Maimunah, Magister Kehutanan yang bersiap untuk studi lanjut pada Program Doktoral Ilmu Kehutanan.
Ketua Prodi Farmasi Fakultas Kesehatan UMP, Rabiatul Adawiyah, menyatakan kesiapan untuk terlibat dalam riset pengembangan potensi obat-obatan herbal dan tradisional yang menjadi konsen belakangan ini.
"Kami siap terlibat dalam tim penelitian untuk tanaman baru yang disebut pasak bumi merah, sebagai sumbangsih tehadap masyarakat selain aspek keilmuan farmasi," kata wanita yang segera merampungkan studi Magister Pengelolaan Sumber Daya Lingkungan (PSDL) itu.