Rabu 04 Sep 2013 16:19 WIB

Perangi Rokok, UMY Pilih Duta Antirokok

Rep: Yulianingsih/ Red: Damanhuri Zuhri
Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) di Yogyakarta.
Foto: muhammadiyah.or.id
Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) di Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Muhammadiyah Tobacco Control Centre (MTCC) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) semakin gencar melakukan kampanye antirokok. Untuk menggiatkan program tersebut MTCC UMY menggaet kalangan pelajar dan mahasiswa di Yogyakarta.

UMY bahkan melakukan pemilihan duta anti tembakau. Duta ini akan menjadi wakil MTCC UMY dalam kampanye anti rokok di kalangan pelajar dan mahasiswa. Pemilihan duta anti rokok sendiri dilakukan di Asri Medical Center UMY, Rabu (4/9).

"Pelajar dan mahasiswa adalah agen perubahan yang efektif di masyarakat sehingga kita gandeng mereka untuk kegiatan ini," ujar Divisi Pengembangan dan Pelatihan Kader MTCC UMY, Dianita Sugiyo.

Menurutnya, pekan ini pihaknya menjaring duta dari pelajar, baru pekan depan dilakukan penjaringan duta mahasiswa.Diakuinya, saat ini ada 27 pelajar dari jenjang SMA di DIY yang ikut audisi pemilihan duta anti tembakau tersebut.

MTCC UMY sendiri akan menjaring tiga pelajar yang akan diangkat sebagai duta anti rokok. Proses audisi tersebut dilakukan dengan wawancara tatap muka dan sistem presentasi.

Diharapkan, keberadaan duta anti rokok dapat mempercepat kesadaran masyarakat terhadap dampak tembakau bagi kesehatan, sosial dan ekonomi. Selain itu, kemampuan masyarakat untuk menanggulangi dampak merokok juga bakal meningkat.

"Kami targetkan, pertengahan September ini duta pelajar dan mahasiswa sudah kami simpulkan. Sehingga, program promosi kepada masyarakat dapat lebih maksimal," jelasnya.

Menurutnya, kampanye perang melawan rokok penting dilakukan sebab konsumsi rokok yang terus meningkat. Pada tahun 1970, terdapat 30 miliar batang per tahun. Sedangkan 2009 naik menjadi 240 miliar batang per tahun.

Dengan demikian, asap rokok saat ini sudah sampai pada tingkatan mengganggu kepentingan masyarakat umum. Apalagi, dari segi konsumen, 70 persen masyarakat miskin yang sudah dewasa kini mulai mengkonsumsi rokok.

Dikhawatirkan, jika tidak ada pengendalian, maka berbagai jenis penyakit akibat merokok dapat meningkat cukup signifikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement