Selasa 07 Sep 2010 23:48 WIB

Sekitar 64 Persen Buta Aksara di Indonesia Adalah Perempuan

Perempuan sedang belajar/ilustrasi
Perempuan sedang belajar/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Angka buta aksara di Indonesia pada akhir tahun 2010 diperkirakan tersisa 8,3 juta orang (4,79 persen), sedikit lebih baik dibanding 2009 yang mencapai 8,7 juta orang (5,3 persen). Dari jumlah itu sebagian besar penduduk berusia di atas 45 tahun (70-80 persen) dan berjenis kelamin perempuan (64 persen).

“Kami telah merintis program affirmative action bagi kelompok perempuan yang buta aksara,” ujar Dirjen Pendidikan Non Formal dan Informal (PNFI) Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) Hamid Muhammad dalam keterangan pers di Gerai Informasi dan Media (GIM) Kemdiknas Senayan, Jakarta, Senin (6/9).

Keterangan pers dilakukan berkaitan rencana peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) ke-45 yang akan berlangsung di Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur pada 10 Oktober 2010. Hadir pula pada keterangan pers Direktur Pendidikan Masyarakat Ditjen PNFI Kemdiknas Ella Yulaelawati.

Menurut Hamid, disparitas gender buta aksara antara laki-laki dan perempuan yang masih relatif besar merupakan permasalahan dan tantangan yang dihadapi. Disparitasnya ini sebesar 2,64 persen.

Permasalahan dan tantangan lainnya, kata Hamid, sisa penduduk buta aksara adalah kelompok masyarakat yang tersulit, baik dari sisi ekonomi (sangat miskin), geografis (terpencil, terpencar, dan terisolasi), maupun secara sosial budaya. Selain itu, masih cukup besarnya angka ‘buta aksara kembali’ dari warga belajar yang sudah dibelajarkan melalui program pendidikan keaksaraan dasar.

Hamid mengungkapkan, menghadapi permasalahan dan tantangan seperti itu, penyelenggaraan program penuntasan buta aksara sejak 2009 dibangun dalam kerangka kerja Akrab (Aksara Agar Berdaya) sejalan dengan kerangka LIFE (Literacy Initiative for Empowerment) UNESCO. “Dalam hal ini, upaya penuntasan buta aksara melalui pendidikan keaksaraan terintegrasi dengan kecakapan hidup dan program pengentasan kemiskinan secara umum,” katanya.

Sementara itu, Direktur Pendidikan Masyarakat Ditjen PNFI Kemdiknas Ella Yulaelawati mengakui kendala makro penuntasan buta aksara adalah penduduk usia 45 tahun ke atas yang mayoritas adalah perempuan. Untuk mengatasi kendala itu digunakan pendekatan melalui program pemberdayaan perempuan, seperti ‘Koran Ibu’ sebagai media menulis dari perempuan, oleh perempuan, dan untuk perempuan.

sumber : kominfo-newsroom
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement