Jumat 16 Jul 2010 06:40 WIB

Sebanyak 88.401 Siswa Lulus Seleksi Masuk PTN

Rep: c06/ Red: Arif Supriyono

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—-Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2010 mampu menjaring 88.401 peserta. Sedangkan, sebanyak 954 kursi di PTN masih kosong. Adapun pengisian bangku kosong diserahkan ke masing-masing PTN.

“Dari 447.201 peserta SNMPTN, yang diterima sebanyak 88.401 orang,” ujar Ketua Panitia SNMPTN 2010, Herry Suhardiyanto, saat konferensi pers di kantor Kementerian Pendidikan Nasional, Kamis (15/7). Herry mengatakan nilai peserta SNMPTN tahun ini rata-rata di atas 69,51 untuk IPA dan 66,56 untuk IPS. Ada sebanyak 58.120 orang yang nilainya di atas rata-rata, namun mereka kalah bersaing memperebutkan program studi yang diminati.

“Mereka pandai tapi karena kalah bersaing akhirnya tidak diterima di mana-mana,” ucap Herry.

Anak-anak pandai yang tidak lulus seleksi SNMPTN itu, kata Herry, disebabkan menumpuk pada pilihan yang banyak diminati.

Program studi yang masih diminati untuk IPA, yaitu pendidikan dokter, teknik kimia, farmasi, teknik industri, teknik elektro, teknik industri. Sementara itu, untuk program studi yang diminati di IPS, yaitu hubungan internasional, akuntansi, komunikasi, psikologi, manajemen, administrasi negara, dan ilmu ekonomi.

“Penguman peserta yang lulus SNMPTN tanggal 17 Juli pukul 00.00 WIB. Hasilnya bisa dilihat di situs SNMPTN, tiap-tiap panitia lokal, dan media cetak,” tutur Herry.

Herry menjelaskan, dibandingkan tahun lalu, peserta SNMPTN meningkat 8,48 %. Tahun lalu peserta yang medaftar 412.248 orang, tahun ini 447.201 orang. Namun, yang berhasil terseleksi kelengkapan datanya sebanyak 367.909 orang. Sebanyak 142.731 orang terseleksi untuk jurusan IPA, 169.549 untuk jurusan IPS, dan 134.921 orang untuk jurusan IPC.

Penyelenggaraan SNMPTN tahun ini juga tidak luput dari kecurangan. Berdasarkan data panitia SNPTN, sebanyak 1.608 orang dinyatakan melakukan kecurangan dalam SNMPTN. Modus kecurangan yang terus terjadi di antaranya penggunaan telepon genggam dan joki. Bahkan, di Semarang tercatat 23 peserta kedapatan melakukan kecurangan dengan menyebarkan jawaban dengan telepon genggam dan satu orang terbukti melakukan praktik joki.

“Kecurangan lebih kecil dari tahun lalu yang mencapai 3.000-an orang. Tahun ini hanya 0,36 persen dari total peserta yang dinyatakan curang,” jelas Herry.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement