Senin 02 Jun 2014 12:49 WIB

Dai Diminta Tak Takut Bicara Politik di Masjid

Joko Widodo (Jokowi) bersama Prabowo Subianto
Foto: Agung Supriyanto/Republika
Joko Widodo (Jokowi) bersama Prabowo Subianto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam dikatakan tidak melarang orang untuk bicara politik di masjid. Karena, dalam sejarah Islam, masjid malah menjadi pusat aktivitas, bukan sekedar tempat ibadah saja. 

"Dalam Islam tidak ada larangan bicara politik di mesjid. Justru masjid harus dijadikan pusat pencerdasan dan pencerahan politik bagi umat Islam," kata Dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sumatra Utara, Dr Azhari Akmal Tarigan, Senin (2/6).

Menurutnya, dai, khatib atau penceramah yang baik sebaiknya menjadikan masalah aktual dan kontekstual sebagai materi khutbahnya. Artinya, momentum pilpres juga harus digunakan sebagai materi khutbah untuk umat.

"Tentu materi khutbah tentang pilpres yang sesuai dengan ajaran Islam. Misalnya, seorang presiden harus memiliki sifat amanah, tidak khianat atau ingkar janji. Pemimpin itu harus alqawiyyu alamin, tegas dan dipercaya. Itu kan ajaran Islam, termuat dalam surat Al-Qashash ayat 26", jelas dai senior di Medan tersebut.

Azhari pun menghimbau kepada dai, khatib atau penceramah lainnya untuk tidak takut bicara politik di masjid. Termasuk untuk tidak takut dengan tindakan intelijen. 

"Perjuangan reformasi justru ingin menjamin setiap orang bebas berpendapat. Termasuk dai, khatib atau penceramah. Sebab pada zaman Orde Baru, dai, khatib atau penceramah sulit sekali bergerak. Sudah ada Dewan Mesjid Indonesia, suara TOA atau pengeras mesjid sudah diminta dikurangi. Sekarang materi khutbah mau dibatasi. Ini ada apa sebenarnya?" papar dia.

Ia pun menghimbau parpol atau capres untuk tidak membuka luka lama antara Islam dan negara yang dulu pernah berjalan tidak baik. "Menginteli mesjid seperti ini mengingatkan umat Islam pada era Jenderal Benny Moerdani," ujarnya.

Jelang pilpres, PDI Perjuangan menjalankan aksi intelijen terhadap masjid. Mereka mengawasi setiap khutbah yang ada. Tim Sukses Jokowi-JK pun mengatakan, kalau kader partai yang Muslim memang diminta untuk melakukan aksi intelijen terhadap masjid.

Pengawasan masjid itu dilakukan karena dikhawatirkan menjadi tempat terjadinya kampanye hitam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement