Jumat 27 Jun 2014 07:23 WIB

Jokowi: Kehadiran Negara di Industri Kreatif Masih Lemah

Rep: C57/ Red: Julkifli Marbun
Jokowi
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Jokowi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Capres nomor urut dua, Joko Widodo (Jokowi), menyatakan kehadiran negara dalam industri kreatif masih lemah, bahkan nyaris tidak ada.

"Industri kreatif ialah industri masa depan anak-anak muda kita. Industri ini terkait erat dengan animasi, game, film, video, musik, seni pertunjukan, fashion, produk-produk kreatif dan t-shirt," tutur Jokowi saat meberikan sambutan di acara 'Ngobrol Bareng Netizen', Kamis (26/6) malam.

Sebenarnya, ujar Jokowi, sudah banyak industri kreatif Indonesia yang mendunia, tapi pangsa pasar-nya masih kecil. "Ini pentingnya negara hadir dalam industri kreatif," ujar Jokowi.

Misalnya, untuk industri game terbesar di Indonesia, yang ada di Yogyakarta. Itu semua ahlinya adalah anak-anak muda Indonesia, tapi pemiliknya orang asing. "Jadi, ini harus diambil alih," papar Jokowi.

Game dan animasi hasil kreasi anak muda Indonesia itu banyak sekali. "Mahasiswa belum lulus saja bisa bikin 'game' dan terjun di Industri kreatif," jelasnya.

Menurutnya, negara tidak hadir di industri kreatif. Misalnya, pemerintah nggak pernah mengirim anak-anak muda Indonesia untuk mengikuti acara itu. Beberapa tahun lalu Jokowi bercerita pernah ke pameran "Game" di luar negeri.

Saat itu, stand peserta dari Indonesia hanya ada 14, dari Cina, Tiongkok, ada 6. Sedangkan dari Vietnam dan malaysia masing-masing ada 2 dan 3.

Beberapa tahun setelahnya, Jokowi mengaku kembali menghadiri pameran 'Game' itu. Tapi, yang terjadi sungguh mengagetkan.

"Saat itu, stand Indonesia tetap ada 14. Tapi, berapa stand milik China? Ada yang bisa tebak? sudah 300 stand. Bahkan Malaysia sudah memiliki 70 stand," papar Jokowi.

Hal Ini tentu keliru, jadi harus dibenarkan. Industri kreatif Indonesia bocor, kurangnya disitu, negara tidak hadir di industri kreatif.

Jadi, memberi ruang dan membantu industri kreatif untuk berkembang merupakan tugas pemerintah.

Pemerintah harus memasarkan produk-produk industri kreatif ke pasar internasional.

Pemasaran ini dapat dilakukan melalui para duta besar Indonesia. "Jadi, bukan hanya diplomasi politik yang penting, tapi diplomasi dagang juga," papar Jokowi.

Misalnya, untuk model pakaian 'Denim', kaos itu luar biasa bagusnya. Harusnya, semua pasar bisa seperti itu. "Tapi karena dukungan kurang, industri kreatif melemah karena kurang dukungan," ungkap Jokowi.

Dia menjelaskan, industri kreatif itu harus dipersiapkan dan diajarkan oleh pemerintah. Negara harus hadir di dalamnya.

Sewaktu bertemu dubes Korea untuk Indonesia, Dubes itu, lanjutnya, cerita Pemerintah Korea butuh waktu 14 tahun untuk menyiapkan industri 'Key Pop'. Setelah itu, industri Key Pop mendunia dan digandrungi anak-anak muda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement