Jumat 14 Mar 2014 21:37 WIB

Jokowi Hanya Tinggalkan 'Blusukan' untuk DKI

Rep: Muhammad Akbar Wijaya/ Red: Mansyur Faqih
Joko Widodo (Jokowi)
Foto: Wihdan/Republika
Joko Widodo (Jokowi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penetapan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi) sebagai capres menuai pro dan kontra. Pengamat Politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio menilai pencapresan Jokowi sebagi pengalaman terburuk warga DKI Jakarta. 

"Ini sangat miris bagi masyarakat Jakarta, karena Jokowi rela meninggalkan orang yang telah memilihnya demi mementingkan ambisi partai," kata Hendri ketika dihubungi wartawan, Jumat (14/3).

Ia menilai Jokowi, lebih mementikan kepentingan partai ketimbang merealisasikan janji sebagai Gubernur DKI Jakarta. Apalagi pencapresan Jokowi terlalu dini lantaran masih banyak persoalan Jakarta yang belum diselesaikan. 

"Buktinya, adakah keberhasilan yang telah diraih Jokowi selama memimpin DKI? Hampir tidak ada kecuali pola blusukan-nya," ujar Hendri.

Pencapresan Jokowi menurut Rudi lebih karena pertimbangan pragmatis. Ini karena ia sedang menjadi tren di masyarakat. "Ini karena Jokowi sedang menjadi tren, bukan karena kinerja Jokowi yang hebat," katanya.

Pencapresan Jokowi pun dianggap menjadi pertaruhan politik bagi PDIP. Menurutnya Jokowi tidak boleh kalah. Sebab kekalahan Jokowi akan memberi imbas negatif terhadap citra politik PDIP. "Kalau Jokowi kalah, tren Jokowi akan pudar dan itu berimbas dengan popularitas PDI Perjuangan," ujarnya.

Ia berharap Jokowi telah memiliki rencana kerja yang matang untuk membenahi Jakarta sebelum menjadi capres. "Saya ucapkan selamat kepada Jokowi dan Megawati. Buktikan waktu akan dipilih sebagai gubernur, jangan ingkar janji," kata Hendri. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement