Rabu 29 Aug 2018 18:57 WIB

Bagus Raih Perak Saat Pikirkan Mama di Pengungsian Gempa

Karena rumahnya rusak, ibu Bagus terpaksa mengungsi dan tidur di penampungan.

Rep: Fitriyanto/ Red: Israr Itah
Atlet Sepeda BMX Putra Indoensia I Gusti Bagus Saputra menggigit medali usai pertandingan final cabang sepeda BMX putra Asian Games 2018 di Pulomas Internasional BMX Center, Jakarta, Sabtu (25/8).
Foto: Republika/Prayogi
Atlet Sepeda BMX Putra Indoensia I Gusti Bagus Saputra menggigit medali usai pertandingan final cabang sepeda BMX putra Asian Games 2018 di Pulomas Internasional BMX Center, Jakarta, Sabtu (25/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Berbulan-bulan mempersiapkan diri untuk berlaga di Asian Games 2018, atlet balap sepeda BMX I Gusti Bagus Saputra harus menerima kenyataan pahit, ibunda tercinta harus tinggal sementara di tempat pengungsian gempa.

Orang tua Bagus tinggal di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang beberapa waktu lalu diguncang gempa besar. Karena rumahnya rusak, ibu Bagus terpaksa mengungsi dan tidur di penampungan. Padahal, Bagus tinggal menghitung hari berlaga di Asian Games.

Konsentrasi Bagus pun terpecah. Saat harus menaklukkan lawan-lawannya di lintasan BMX Pulomas Jakarta, Timur, ia juga harus meredam gundah hati memikirkan sang mama tercinta.

Pria kelahiran Mataram 24 Mei 1993 ini menceritakan, dua hari menjelang perlombaan yang berlangsung Sabtu (25/8) di Sirkuit BMX Pulomas, Jakarta Timur, ia mendapatkan kabar buruk dari temannya. Gempa bumi telah memporak-porandakan  Lombok. Bagus pun sigap menelepon orangtuanya untuk mengetahui kondisi mereka. 

"Posisi mama saat itu sedang berada di tenda pengungsian. Ditambah ada isu tsunami membuat saya tambah lemas," kata atlet yang juga hobi bermain biliar ini kepada wartawan di Rumah Indonesia, Jakarta Selatan, Rabu (29/8).

Kabar ini memberi pengaruh ke psikisnya. Ia mengaku sempat down dan ragu untuk berlomba. Bagus sempat berteriak dan menangis untuk menghilangkan beban.

"Atas saran pelatih, saya diminta berkonsultasi ke psikolog. Satu hari saya ditangani psikolog. Setelah ditangani psikolog, ada motivasi untuk bisa menjadi yang terbaik" ujar putra pasangan I Gusti Bagus Joni Arka dan Baiqani ini.

Bagus sebenarnya menargetkan emas namun akhirnya harus puas dengan perak. Ia mencatatkan waktu 34,314 detik, tertinggal 0,645 detik dari pembalap Jepang, Yoshitaku Nagasako yang meraih emas. 

Walau hanya finis kedua, Bagus mengaku bangga. Sebab, usahanya berkompetisi di tengah kabar tak mengenakkan tentang kondisi orangtuanya tak sia-sia. Terlebih, lawan yang dihadapi sangat berat.

Bonus yang akan diterimanya nanti juga akan dipersembahkan bagi orangtuanya. "Bonus ini untuk tambahan beli rumah orang tua" kata Bagus mantap. Selamat, Bagus!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement