Kamis 09 Aug 2018 08:08 WIB

Lalu Muhammad Zohri, Juara Dunia yang Dulu Curi Mangga

Ia berpesan untuk jangan pernah menyerah dan terus bersemangat latihan.

Rep: Lintar Satria Zulfikar/ Red: Endro Yuwanto
Pelari Indonesia Lalu Muhammad Zohri melakukan selebrasi seusai menang dalam perlombaan Atletik IAAF World U20 Championships cabang lari 100 meter di Tampere, Finlandia, Kamis (11/7). Lehtikuva/Kalle Parkkinen via REUTERS
Foto: REUTERS
Pelari Indonesia Lalu Muhammad Zohri melakukan selebrasi seusai menang dalam perlombaan Atletik IAAF World U20 Championships cabang lari 100 meter di Tampere, Finlandia, Kamis (11/7). Lehtikuva/Kalle Parkkinen via REUTERS

REPUBLIKA.CO.ID, Juara Dunia Atletik U-20 di nomor 100 putra, Lalu Muhammad Zohri, tidak pernah bercita-cita berkarier di olahraga atletik. Waktu kecil ia bermimpi menjadi pemain sepak bola. Tapi gurunya di Lombok, Nusa Tenggara Barat, Rosida, menyarankan untuk pindah menekuni olahraga lain.

Setelah menjadi Juara Dunia U-20, Zohri mendapat berbagai penghargaan dari banyak pihak. Terakhir ia mendapat apresiasi dari BNI berupa asuransi dan beasiswa senilai Rp 1 miliar dan Rp 200 juta. Saat pemberian apresiasi tersebut Zohri menceritakan masa kecilnya.

"Guru olahraga pernah bilang 'Kalau kamu di sepak bola bisa lolos mewakili provinsi atau Indonesia potong telinga saya! Dan bener ngga pernah menang," kata Zohri.

Zohri mengaku ia bukan siswa teladan di sekolah. Sering bolos sekolah dan mencuri mangga. Tapi akhirnya mulai latihan berlari dan akhirnya menorehkan prestasi. Karena suka mencuri mangga ia sering dikejar keamanan setempat.

"Saya di pendidikan bandel sih, saya sekolah di perbukitan tapi saya ngga pernah masuk kelas, ngambil mangga orang," kata Zohri.

Gurunya, Rosida, juga mantan pelatih atlet nasional Sudirman Hadi. Gurunya tersebut sering menceritakan berbagai prestasi yang berhasil diraih oleh Sudirman Hadi. Akhirnya, Zohri termotivasi untuk meraih prestasi seperti Sudirman Hadi.

Zohri pun latihan satu bulan sebelum kejuaraan wilayah. Di sekolah ia latihan bersama Rosida. Zohri juga berlari di pinggir pantai usai pulang sekolah. Setiap hari ia berlatih selama satu atau dua jam.

photo
Juara dunia lari 100 meter U-20 asal NTB, Indonesia Lalu Muhammad Zohri berpose dengan medali emasnya di Stadion Madya, Senayan, Jakarta, Jumat (27/7).

Zohri pun menceritakan kegagalannya sebelum akhirnya berhasil menjadi juara dunia. Waktu itu ia mengikuti sebuah kejuaraan di Filipina, kesempatan pertamanya mewakili Indonesia di ajang internasional.

"Di sana belum pernah belajar starting block, mewakili Indonesia pertama di Filipina, saya didiskualifikasi, karena starting block," kata Zohri.

Pemuda berusia 18 tahun tersebut mengatakan, pengalaman itu sangat berharga baginya. Pulang dari Filipina ia meminta kepada pelatihnya untuk mulai latihan starting block. Kegagalan tersebut tersebut justru memotivasinya.

Zohri mengatakan, pengalaman tersebut membuatnya terus bekerja keras untuk bisa mencapai prestasi sejauh ini. Kedua orang tuanya sudah tiada, Zohri mengatakan jika kedua orang tuanya masih hidup, tentu akan sangat bangga kepadanya. "Jika seandainya almarhum bapak ibu saya masih hidup mungkin bangga sekalinya dengan saya bisa seperti ini," ucapnya.

Zohri memberi pesan dan saran kepada anak-anak muda Indonesia lainnya, terutama bagi para atlet muda seperti dirinya untuk terus berkerja keras. Ia juga berpesan untuk jangan pernah menyerah dan terus bersemangat latihan. Kini, ia pun bersiap tampil di Asian Games 2018.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement