Senin 16 Apr 2018 13:15 WIB

Mata Kuliah Daring Mudahkan Mahasiswa Transfer Kredit UNY

Pelaksanaan harus pula memberikan bukti kalau dosen telah melaksanakan perkuliahan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Winda Destiana Putri
eLearning
eLearning

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Mata kuliah online (daring) di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) sudah mulai dirasakan manfaatnya. Terutama, bagi mahasiswa-mahasiswa transfer kredit di dalam negeri maupun luar negeri, seperti Malaysia dan Thailand.

Hal itu lebih dirasakan karena mahasiswa di sana hanya bisa mengambil 12-14 sks, jauh lebih sedikit di dalam negeri yang bisa mengambil 20-22 sks. Kerugian itu ternyata bisa ditutup dengan mengembangkan mata kuliah daring.

"Mudah-mudahan transfer kredit semakin banyak karena kemarin yang malas ikut karena merasa rugi ke depannya mau ikut, terutama mahsiswa Bidikmisi karena waktu kuliahnya hanya empat tahun sehingga menjadi berat," kata Wakil Dekan 1 FMIPA UNY Slamet Suyanto.

Harapan itu diungkapkan saat membuka sosialisasi mata kuliah daring yang dihadiri para dosen yang memegang mata kuliah daring tersebut. Karena itu, ia merasa mata kuliah itu harus terus dikembangkan pelaksanaannya.

Menurut Slamet, pelaksanaan harus pula memberikan bukti-bukti kalau dosen-dosen telah melaksanakan perkuliahan. Maka itu, perlu juga didesain materinya untuk 16 kali pertemuan, misalnya.

"Ada penugasan agar ada bukti mahasiswa membaca materi dan mengerjakan tugas secara online (daring), kemudian ada ujian mid semester dan ujian akhir semester," ujar Slamet.

Senada, Herman Dwi Surjono dari Pusat Komputer UNY menjelaskan, dalam Peraturan Rektor UNY Nomor 13 Tahun 2015 sudah dijelaskan jika perkuliahan dapat dilakukan dengan blended learning atau model e-learning penuh.

Pembelajaran e-learning dalam blended learning diselenggarakan maksimal empat pertemuan. Ia turut menyambut baik ide kuliah daring untuk mahasiswa transfer kredit yang ada di luar negeri.

"Aturannya sudah ada dan itu dimungkinkan. Tinggal bagaimana dosen yang mengampu mata kuliah itu bisa memfasilitasi mahasiswa yang mengambil online (daring)," kata Herman.

Orientasi dosen tetap pembelajaran tatap muka. Bila ada besmart, biasanya untuk pengayaan dapat dilakukan pembagian materi dan kuis. Bagi mahasiswa di sana tentu dosen harus menata lagi perlakuan yang tentunya harus berbeda.

Menurut Herman, mahasiswa yang tidak hadir pembelajarannya seperti mereka yang ada di sini skenarionya bisa dirancang. Ia merasa, e-learning penuh bisa dimungkinkan dan sebenarnya sudah berjalan.

Ini dimulai sejak kerja sama '7 in 1' saat Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti meresmikan penggunaan online learning. Jadi, dari tujuh perguruan tinggi, sudah saling mengambil, seperti dari Unesa mengambil mata kuliah di UNY.

"Dan, mahassiwa UNY mengambil mata kuliah yang diselenggarakan di tujuh universitas yang menjalin kerja sama. Ketujuh universitas itu bisa jalan dari sisi teknis, tapi dari kebijakan memang sudah dibuat," ujar Herman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement