Sabtu 14 Apr 2018 16:54 WIB

Mahasiswa ITS Ciptakan Beton Ramah Lingkungan

Beton memanfaatkan limbah dari sebuah industri batu bara.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Ani Nursalikah
Beton pengaman di Southbank, Melbourne, Australia.
Foto: ABC
Beton pengaman di Southbank, Melbourne, Australia.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Mahasiswa Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menjuarai lomba beton nasional Sipil Expo 2018 yang digelar di Universitas Mercu Buana. Tim yang terdiri dari Yanuarche Firnardi, Andini Dwi Agustin, dan Jonathan Febryan ini dikenal dengan nama tim Senanjaya-79.

Ketiganya berhasil meraih juara satu dengan merancang beton yang ramah lingkungan, inovatif, dan ekonomis. Yanuarche menjelaskan, beton ini dikatakan ramah lingkungan karena tim ini memanfaatkan limbah dari sebuah industri batu bara sebagai komposisi pengganti tambahan bahan pembuatan beton berupa Fly Ash dan Bottom Ash.

"Fly Ash sebagai subtituen semen sedangkan Bottom Ash sebagai substituent pasir," kata Yanuarche dalam pesan singkatnya, Sabtu (14/4).

Yanuarche menambahkan, kedua limbah tersebut merupakan abu terbang yang relatif berat dan timbul dari suatu proses pembakaran batu bara. Saat ini, lanjut Yanuarche, limbah Fly Ash dan Bottom Ash diproduksi sebanyak 300 ribu ton dan 180 ribu ton tiap tahunnya.

"Jika limbah-limbah tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik maka akan mencemari lingkungan," ujar Yanuarche.

Kemudian, beton tersebut dikatakan Inovatif dan ekonomis karena tim menggunakan gula sebagai komposisi bahan dasar. Menurut tim, gula dapat memberikan workability (kelecakan) yang baik pada beton. Itu tak lain karena gula akan menyatukan ikatan agregat satu dengan agregat lainnya, sehingga beton terlihat lebih kokoh dan kuat.

Pada pengujian di Final, beton di uji ketahanan dan kekuatannya dengan mesin hidrolik khusus. Menurut peraturannya, kekuatan beton harus K600 sebanding dengan nilai 50 MPa (Mega Pascal, satuan tekanan).

Saat diuji, hanya beton buatan kami yang mampu menahan tekanan sampai K591,8 dan mengalami keretakan sedikit," kata Yanuarche.

Yanuarche meyakinkan, beton dengan kekuatan K600 itu mampu dijadikan sebagai kolom atau tiang pada gedung bertingkat, bandara, jalan tol, dan jembatan. Dalam proses pembuatan beton tersebut, tim melakukan berbagai uji untuk memastikan bahwa beton benar-benar kuat sampai K600, sebelum dibawa ke perlombaan.

Salah satunya dengan uji slump. Uji slump yaitu pengujian yang digunakan untuk menentukan kekakuan campuran beton dalam menentukan tingkat workability nya. Sehingga, tim juri memastikan penilaian bahwa tim Senanjaya-79 dinilai bagus dan dipilih mendapatkan predikat juara satu dalam kompetisi ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement