Selasa 10 Apr 2018 13:33 WIB

UN di SLB Purwakarta Masih Manual

Pengawas harus membacakan soal lebih dari tiga kali, sampai para peserta memahaminya.

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Andi Nur Aminah
Sejumlah siswa tunanetra mengerjakan soal Bahasa Indonesia dengan huruf braile (ilustrasi)
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Sejumlah siswa tunanetra mengerjakan soal Bahasa Indonesia dengan huruf braile (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Ujian nasional (UN) di SLB Negeri Purwakarta, terpaksa dimajukan dari jadwal seharusnya. UN tersebut, harusnya diselenggarakan pukul 10.30 WIB. Digelar lebih awal jadi sekitar pukul 08.30 WIB. Kondisi ini, dikarenakan ada sejumlah kendala. Salah satunya, peserta UN kesulitan dalam memahami soal ujian.

Kepala Sekolah SLB Negeri Purwakarta, Gungun Guntara, mengatakan, ujiannya maju dua jam lebih awal. Masalahnya, para peserta kesulitan dalam memahami soal. Dengan begitu, para pengawas harus membacakan soal lebih dari tiga kali, sampai para peserta memahaminya. "Jumlah peserta UN ini ada 14 pelajar. Mereka merupakan pelajar difabel rungu dan difabel grahita. Saat ini, ujian pelajar SLB ini masih menggunakan soal manual," ujar Gungun, kepada sejumlah media, Selasa (10/4).

Meskipun jumlah sedikit, Gungun mengatakan, tapi perlakuannya sangat berbeda dengan peserta UN pada umumnya. Pasalnya, para peserta di SLB ini berkebutuhan khusus. Dengan begitu, perlakuannnya juga jadi sangat istimewa.

Saking istimewanya, jadwal ujian juga dimajukan dua jam dari seharusnya. Jika tidak begitu, khawatir peserta akan terganggu saat menjawab soal dengan rentang waktu yang lebih pendek. Selain waktu ujian yang lebih lama, peserta UN SLB juga hanya mengikuti ujian selama tiga hari. Pasalnya, pelajaran yang diujikan untuk mereka hanya tiga. Yaitu, bahasa Indonesia, matematika, dan bahasa Inggris. "Kalau peserta UN pada umumnya, ujiannya empat hari. Tapi, siswa kita hanya tiga hari, " ujar Gungun.

Sementara itu, Ketua Panitia UN SLB Negeri Purwakarta, Khatmi Luthfi Nursy, mengatakan, pihaknya mengusulkan supaya ke depannya peserta SLB bisa mengikuti ujian nasional berbasis komputer. Apalagi, saat ini sudah ada komputer dengan desain khusus. Sehingga, bisa diakses oleh pelajar difabel tersebut. "Perlu ada terobosan baru bagi para pelajar difabel ini. Supaya, wawasan mereka bertambah, " ujarnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement