Selasa 10 Apr 2018 12:03 WIB

Pakar ITB Kembangkan Hunian Murah 'Rumanaga'

Tim mengembangkan hunian berbahan utama bambu

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Esthi Maharani
Kampung Naga
Foto: Fuji E Permana/ Republika
Kampung Naga

REPUBLIKA.CO.ID,  BANDUNG -- Pakar Institut Teknologi Bandung (ITB) di kelompok keahlian teknologi bangunan Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) mencoba menjawab tantangan hunian sederhana yang berbiaya rendah namun berkualitas. Bersama tim Green Research Building Center Dewi  Larasati, Ph.D. mencoba mengembangkan hunian berbahan utama bambu yang dinamakan Rumanaga.

Dewi menuturkan Indonesia memiliki potensi kekayaan alam yang luar biasa. Kekayaan alam yang dipadukan dengan teknologi dapat memenuhi berbagai kebutuhan manusia, salah satu sumber alam untuk bangunan adalah bambu. Bila dibandingkan dengan kayu, bambu memiliki banyak kelebihan diantaranya daya tahan yang kuat, mudah dibudidayakan, dan dapat dipanen dalam kurun waktu tiga tahun tanpa memakan banyak lahan.

Peneliti ITB berangkat dari riset kehidupan masyarakat desa Kampung Naga di Tasikmalaya. Bila singgah ke kampung ini, terlihat hampir seluruh bangunan dan furnitur terbuat dari bambu. Masyarakat Kampung Naga memiliki teknik pengawetan bambu yang tidak hanya unik, tapi juga dilakukan secara turun temurun sehingga menjadikannya sebagai daerah wisata tersendiri.

Tim peneliti ITB yang terdiri dari Dewi Larasati, Ph.D., Anjar Primasetra, M.T., Firman Fadhly AR, M.T., dan Suhendri, S.T., M.Sc., serta Prinka Victoria, M.T., Dewi Rachmaniatus S., M.T., Nurhijrah, M.T., dan Ardian Haryo sebagai asisten riset sejak tahun 2013, mulai bekerja sama dengan masyarakat Kampung Naga untuk membuat produk-produk berbahan dasar bambu. Proses perancangan dan desain dilakukan oleh tim riset dari Program Studi (Prodi) Arsitektur SAPPK. Masyarakat Kampung Naga dilibatkan dalam pengerjaan pengembangan produknya sehingga warisan kearifan lokal tetap terjaga. Rumah vernakular Kampung Naga merupakan contoh baik untuk pembangunan prefabrikasi material lokal melalui pemberdayaan masyarakatnya.

"Rumanaga menggabungkan dua konsep dalam perancangannya, pertama yaitu konsep arsitektur vernakular dari Kampung Naga dengan konsep prinsip bangunan prefabrikasi modern. Arsitektur vernakular terbentuk dari proses yang berangsur lama dan berulang-ulang sesuai perilaku, kebiasaan, dan kebudayaan di suatu tempat," kata Dewi seperti dalam siaran pers dari ITB.

Proses ini dikatakan olehnya dapat menciptakan hunian yang ramah lingkungan, hemat energi, material yang berkelanjutan, serta keikutsertaan masyarakat. Konstruksi Rumanaga yakni seluruh komponen bangunan disiapkan terlebih dahulu di suatu tempat, lalu dibawa, dan dirakit di lokasi konstruksi. Penggunaan material lokal dan teknik konstruksi lokal ditekankan agar pembangunan Rumanaga tetap mengusung konsep pemberdayaan masyarakat

 

Rumanaga diharapkan menjadi solusi dan alternatif bagi pemenuhan kebutuhan rumah tinggal berbiaya rendah bagi masyarakat. Pemberdayaan masyarakat Kampung Naga juga diharapkan akan tetap bertahan untuk menjaga kelestarian tradisi yang telah turun temurun.

"Untuk saat ini, Rumanaga banyak diperuntukkan bagi sektor pariwisata, khususnya, di Kabupaten Bandung. Permintaan akan destinasi wisata yang tinggi dan jarak yang relatif dekat dengan Jakarta membuat potensi rumah tradisional sebagai penginapan menjadi tinggi," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement