Kamis 29 Mar 2018 15:19 WIB

Asian Games 2010, Bukti Kekuatan Ekonomi Cina

Ini menjadi Asian Games pertama yang dibuka di luar stadion.

Rep: Lintar Satria Zulfikar/ Red: Endro Yuwanto
Pembukaan Asian Games 2010 Guangzhou, Cina.
Foto: newsgd.com
Pembukaan Asian Games 2010 Guangzhou, Cina.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guangzhou menjadi tuan rumah Asian Games ke-16 pada tahun 2010. Ini kedua kalinya Cina menjadi tuan rumah Asian Games setelah Beijing 1990.

Asian Games Guangzhou menjadi Asian Games terbesar sepanjang sejarah. Selain Guangzhou, Cina juga menggunakan tiga kota satelit, yakni, Dongguan, Foshan, dan Shanwei.

Ada 53 venue yang digunakan pada ajang ini, termasuk 11 venue baru yang khusus dibangun untuk Asian Games ke-16. Ada sekitar 9.704 atlet yang berpartisipasi pada multievent terbesar nomor dua di dunia ini. Asian Games 2010 pun menelan biaya yang cukup besar karena waktu itu baru saja terjadi krisis ekonomi global.

Pada tahun 2005, diperkirakan biayanya tidak akan mencapai dua miliar yuan. Satu tahun setelahnya Cina pun mengajukan diri sebagai tuan rumah Asian Games 2010. Tapi setelah krisis ekonomi global pada tahun 2008, perkiraan dana yang dibutuhkan menjadi membengkak sampai 420 juta dolar AS.

Sempat terjadi pergolakan karena dikhawatirkan Cina tidak mampu menyelenggarakan event sebesar Asian Games saat itu. Namun seiring berjalannya waktu, perekonomian Cina tetap stabil.

Sampai akhirnya satu hari setelah pembukaan Asian Games 2010, yakni 13 Oktober 2010, Gubernur Guangzhou pada waktu itu Wan Qingliang merilis total dana yang digunakan hanya sekitar 18,7 juta dolar AS atau 122,6 miliar yuan. Cina memang negara yang paling berhasil menghindari dampak buruk krisis finansial yang terjadi pada tahun 2008.

Ketika itu, pemerintah Cina menyuntikkan banyak dana untuk menstimulasi peningkatan produktivitas produknya. Profesor bisnis dan hukum Universitas Ohio, Daniel CK Chow dalam artikelnya yang berjudul "Chinas Response to the Global Financial Crisis: Implications for U.S. China Economic Relations" di jurnal The Global Business Law Review menulis karena konsumsi domestik besar Cina bisa menghindari keterpurukan selama krisis finansial.

Menurut Chow, kebijakan nilai mata uang Cina juga banyak membantu dalam menghindari dampak buruk krisis finansial yang melanda Amerika Serikat dan sebagai Eropa. Cina pun dapat fokus melakukan berbagai pembangunan infrastruktur dan venue untuk Asian Games ke-16. Cina melakukan renovasi besar-besar Bandara Internasional Guangzhou Baiyun.

Cina juga membuat transportasi cepat kereta WuhanGuangzhou High-Speed Railway. Untuk mereduksi polusi udara sampai 40 persen, Pemerintah Cina menyediakan 1.000 bus selama Asian Games dan Para Games 2010. Panitia Asian Games 2010 juga membuat berbagai sarana pendukung, seperti Athlete Village, Ofisial Village, Media Village, Media Center, dan International Broadcast Center.

Cina merilis total yang dibutuhkan untuk membangun sarana-sarana pendukung tersebut mencapai 15 miliar yuan. Asian Games 2010 juga menjadi Asian Games pertama yang dibuka di luar stadion. Pembukaan Asian Games 2010 dilakukan di Pearl River di Pulau Haixinsha. Acara pembukaan ini melibatkan sekitar 6.000 orang. Acara pembukaan tersebut pun banjir pujian.

"Luar biasa fantastis, Guangzhou memiliki kemampuan menyelenggarakan Olimpiade," kata Presiden IOC Jacques Rogge ketika itu.

 

Polusi udara

Dua tahun sebelumnya Cina juga menjadi tuan rumah untuk Olimpiade 2008 tapi digelar di Beijing. Seperti di Beijing, persoalan utama Cina dalam penyelenggaraan event internasional adalah polusi udara. Pemerintah Cina menggunakan 600 juta yuan untuk mengatasi persoalan tersebut.

Ketika itu, pemerintah Cina meminta 32 pabrik kimia berhenti beroperasi sejak akhir tahun 2009. Pertengahan 2010, terlihat upaya tersebut berhasil. Stasistik menunjukkan kebersihan udara di Guangzhou mencapai 95,7 persen meningkat sekitar 12 persen.

Persoalan polusi udara ini berhasil diatasi dengan memakan biaya sebesar 24 miliar yuan. Cina juga melarang adanya limbah udara di 11 kota selama Asian Games berlangsung. Kerja keras panitia dan Pemerintah Cina pun tidak sia-sia. Negeri Tirai Bambu itu pun mempertahankan juara umum.

Cina mengoleksi 199 medali emas, 119 perak dan 98 perunggu. Total, Cina mengumpulkan 416 medali disusul Korea Selatan dengan 232 medali dan Jepang 216 medali.

Adapun Indonesia finis di urutan ke-15 dengan 4 medali emas, 9 perak, dan 13 perunggu. Jauh lebih baik dibandingkan dengan peringkat dan medali yang dikumpulkan oleh atlet Indonesia pada Asian Games 2006 Qatar yang hanya mengumpulkan 2 emas, 3 perak, dan 15 perunggu sehingga hanya menempatkan Indonesia di urutan ke-22.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement