Sabtu 24 Mar 2018 13:12 WIB

Kemenag dan World Bank Kembangkan Pendidikan Islam

Pengembangan ini diperlukan keterlibatan semua stakeholders pendidikan.

Rep: Novita Intan/ Red: Agus Yulianto
 Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin
Foto: dok. Kemenag.go.id
Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA - Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama melakukan sinergi dengan lembaga keuangan World Bank. Langkah ini agar pengembangan pendidikan Islam lebih terpadu dan menyeluruh.

Delegasi World Bank tersebut adalah Noah Yarrow, ahli pendidikan senior di World Bank. Dalam kunjungan tersebut, Noah Yarrow menyampaikan usulan empat wilayah strategis yang bisa disinergikan.

Empat wilayah tersebut antara lain, pembenahan sistem informasi pendidikan, perencanaan dan penganggaran pendidikan berbasis elektronik, peningkatan kualitas guru, termasuk guru Pendidikan Agama Islam, dan pengembangan model penilaian lembaga dan hasil belajar siswa.

Usulan tersebut disambut baik Dirjen Pendidikan Islam, Kamaruddin Amin. Dia mengatakan, lembaga pendidikan Islam sangat kompleks, dan berbeda dengan lembaga pendidikan lain.

"Pengembangan ini diperlukan keterlibatan semua stakeholders pendidikan, baik tingkat lokal, nasional maupun internasional," katanya dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id, Sabtu (24/3).

Setidaknya, kata dia, diperlukan tiga Direktorat Jenderal untuk menangani pendidikan Islam. Namun pada kenyataanya saat ini pendidikan Islam masih ditangani oleh satu Direktorat Jenderal saja.

"Itu berarti kita baru memiliki sepertiga sumberdaya dari yang seharusnya. Karena itu inisiatif World Bank ikut berkontribusi memberi dukungan secara sinergis bagi pengembangan pendidikan Islam sangat tepat," ujarnya.

Selain itu, ada hal yang disinggung secara lebih serius dalam pertemuan tersebut. Pertama, terkait sistem informasi pendidikan Islam yang saat ini masih berjalan secara terpisah dan tak terkait.

Ke depan sistem informasi yang ada seperti EMIS, Simpatika, Simpais, Simsarpras, PPDB dan lain-lain harus terkait. Kondisi yang terpisah saat ini mengakibatkan biaya mahal dan lambat.

Kedua, pengembangan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Selama ini jarang disentuh oleh program yang berbasis dana hibah atau loan. "Maka gagasan untuk meningkatan kualitas guru PAI dengan skala dan intensitas yang lebih besar akan sangat bermanfaat," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement