Rabu 21 Feb 2018 14:39 WIB

Budi Daya Ikan, UGM Terus Kembangkan Teknologi Microbubble

Selain ukuran yang lebih besar teknologi ini menghasilkan udara berukuran mikro.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Gita Amanda
Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, saat mengunjungi panen raya di Unit Pembenihan Ikan Nila Kelompok Mina Ngemboko, Kabupaten Sleman, DIY, Selasa (20/2).
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, saat mengunjungi panen raya di Unit Pembenihan Ikan Nila Kelompok Mina Ngemboko, Kabupaten Sleman, DIY, Selasa (20/2).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Keistimewaan Unit Pembenihan Ikan Nila Mina Ngremboko di Desa Wisata Bokesan tentu teknologi microbubble yang diterapkannya. Teknologi ini diklaim mampu menghasilkan gelembung udara yang lebih kecil, yang berpengaruh positif kepada kestabilan oksigen.

Peneliti dari Departemen Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Profesor Rustadi menjelaskan, secara prinsip microbubble sama dengan aerasi. Namun, selain ukuran yang lebih besar, teknologi ini mampu menghasilkan udara yang berukuran lebih mikro.

"Sehingga, ketersediaan oksigen terlarut dalam air lebih stabil dan tahan lama," kata Rustadi, Rabu (21/2).

Ia mengatakan, teknologi microbubble memiliki keuntungan lain dibandingkan sistem konvensional. Mulai dari waktu yang lebih cepat satu bulan dengan padat tebar tinggi 15-25 ekor/m2, sampai produktivitas lebih tinggi 40 persen atau 600 kilogram/100m2.

Selain itu, teknologi microbubble diklaim lebih tahan penyakit, hemat penggunaan air, pakan lebih efisien dengan perbandingan satu banding tiga dan pertumbuhan ikan lebih cepat dan lebih seragam. Untuk itu, tahun ini rencananya teknologi microbubble akan dikomersialkan.

"Komersialisasi yang akan kerja sama dengan swasta karena cost produksi tidak terlalu tinggi, kami menargetkan para pembudi daya di Indonesia bisa memanfaatkan teknologi ini," ujar Rustadi.

Penelitian microbubble untuk budidaya ikan nila merah dimulai pada 2016 dengan percobaan skala laboratorium 1x1x1 meter. Selain itu, microbubble dilakukan untuk pembesaran lele dumbo pada kolam dalam 1-2,5 meter.

Mendapat hasil memuaskan, penggunaan diperluas untuk skala produksi atau usaha, yang bekerja sama dengan Mina Ngremboko. Dalam kolam berukuran 10x13 meter, performa ikan dari microbubble dibanding kontrol pertumbuhannya dua kali lipat.

Waktu pemeliharaan lebih pendek sekitar 2-3 bulan, ukuran lebih seragam, jumlah hidup lebih banyak sekitar 85-100 persen, dan produksi lebih tinggi mencpaai 170 per 112 persen dari berat awal atau kenaikan 52 persen. Selain itu, pakan lebih efisien yaitu 1,58:2,41.

Mendapatkan apresiasi dari Bupati Sleman, Sri Purnomo, penerapan microbubble mendapat apresiasi pula dari Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Jend (Purn) Moeldoko. Setelah itu, apresiasi diberikan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement