Kamis 04 Jan 2018 21:30 WIB

Mahasiswa ITS Kembangkan Pembangkit Listrik Gelombang Laut

Gelombang Laut (Ilustrasi)
Foto: Hickerphoto
Gelombang Laut (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Empat mahasiswa Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya mengembangkan pembangkit listrik tenaga gelombang laut yang cocok digunakan mengatasi krisis listrik di pulau terdepan, terluar, dan tertingal (3T) Indonesia.

Muhammad Rifky Abdul Fattah saat ditemui di kampus setempat, Surabaya, Kamis (4/1) mengatakan alat yang dia kembangkan bersama tiga rekannya yakni Ghufron Fawaid, Pinanggih Rahayu dan Aniq Jazilatur diberi nama Indonesia Tidal Power (INTIP).

Abdul sapaan akrabnya mengatakan, kebutuhan listrik di Indonesia pada masa datang tidak mampu terpenuhi hanya dengan pembangkit listrik yang ada sekarang.

Menurutnya, Indonesia harus lebih jeli dalam memanfaatkan potensi energinya. "Sebagai negara kepulauan, gelombang laut Indonesia memiliki potensi energi yang sangat besar. Sayangnya, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal," tutur Abdul.

Abdul menjelaskan, energi gelombang laut berpotensi memegang peran strategis dalam meningkatkan rasio elektrifikasi nasional.

"Dengan memanfaatkan gelombang laut sebagai pembangkit listrik, pulau terpencil di daerah-daerah tertinggal, terdepan, dan terluar dapat turut mendapatkan akses listrik. Dampaknya, rasio elektrifikasi nasional akan merambat naik," ujarnya.

Mahasiswa asal Kalimantan ini melanjutkan, salah satu teknologi pembangkit energi listrik tenaga ombak yang paling banyak diminati adalah oscilating water column. "Pengaplikasian alat ini diletakkan di pesisir laut dan sangat cocok digunakan sebagai pembangkit listrik di pesisir pulau daerah 3T tersebut," tuturnya.

Sayangnya, oscilating water column memiliki tingkat efisiensi yang masih rendah karena suplai udara ke generator tidak terus menerus. Dalam hal ini, Abdul dan tim membuat inovasi pembangkit listrik sistem kombinasi tenaga gelombang laut tipe oscilating water column dan angin yang memanfaatkan sistem katup.

Dari hasil pengujian, nilai tegangan yang dihasilkan INTIP mengalami peningkatan sebesar 24 persen dibandingkan dengan teknologi konvensional. Sistem katup INTIP membuat sistem searah, sehingga terdapat celah udara bertekanan yang mengalir dengan bebas. "Kemudian kami manfaatkan udara bertekanan tersebut untuk menggerakan pembangkit listrik tenaga angin," kata dia.

Abdul berharap, inovasi yang ditawarkannya mampu membantu memenuhi kebutuhan listrik khususnya di daerah 3T dengan lokasi di sekitar pesisir.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement