Senin 25 Dec 2017 05:20 WIB
Evaluasi 2017 dan Outlook 2018

Gelar Meningkat Drastis Berkat Kevin/Marcus

Kevin Sanjaya Sukamuljo (kanan) dan Marcus Fernaldi Gideon.
Foto: dok PBSI
Kevin Sanjaya Sukamuljo (kanan) dan Marcus Fernaldi Gideon.

Oleh Fitriyanto

Wartawan Republika

Sepanjang 2017, prestasi bulu tangkis Indonesia bisa dikatakan yang terbaik sejak satu dasawarsa terakhir. Sebanyak 12 gelar juara super series berhasil diraih oleh Indonesia. Ini merupakan raihan terbanyak setelah pada 2013 Indonesia meraih 11 gelar juara. 

Perolehan 12 gelar juara selevel super series tahun meningkat dari tahun lalu yang hanya meraih sembilan gelar juara. Bahkan, Indonesia hanya meraih empat gelar juara sepanjang 2015.

Namun dari 12 gelar tersebut, tujuh di antaranya didapat dari ganda putra melalui Kevin Sanjaya Sukomuljo/Marcus Fernaldi Gideon. Jika dirinci raihan gelar juara sepanjang tahun 2017, ganda putra meraih tujuh gelar dan ganda campuran menyumbangkan tiga gelar. Peraih medali emas Olimpiade 2016, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir meraih dua gelar dan Praven Jordan Debby Susanto dengan gelar. 

Sektor ganda putri menyumbangkan satu gelar lewat Greysia Polii/Apriani Rahayu. Tunggal putra Anthony Sinisuka Gingting meraih satu gelar. Tunggal putri tidak berhasil meraih satu gelar pun di ajang selevel super series.

Ketua Bidang pembinaan prestasi Pengurus Pusat Persatuan Bulu tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI), Susy Susanti mengakui Indonesia masih bertumpu dari sekor ganda putra serta ganda campuran sedangkan nomor lain masih perlu kerja keras.

Kondisi serupa, dia memprediksi, masih akan berulang pada 2018. Tahun depan, Indonesia masih harus mengandalkan sektor ganda putra untuk menyumbangkan gelar juara. 

Tahun depan, ada sekitar 60 turnamen bulu tangkis. PBSI akan merancang jumlah turnamen yang bakal diikuti oleh Kevin/Marcus. Beberapa di antaranya All England, Kejuaraan Dunia, turnamen beregu putra Piala Thomas, Indonesia Open, dan Asian Games 2018. 

Untuk Asian Games 2018, Indonesia akan memprioritaskan Kevin/Marcus tampil. Sebagai tuan rumah, Indonesia tidak hanya menargetkan sukses penyelenggaraan namun juga prestasi. 

Dengan demikian, semua orang tentu berharap Kevin/Marcus berharap juara di ajang multievent terbesar di Asia ini. Target lainnya, yakni Indonesia Open 2018 karena keduanya belum pernah menjadi juara super series di negeri sendiri. 

Selain Kevin/Marcus, PBSI juga berharap ganda campuran akan bersinar. “Ganda Putra memang masih menjadi andalan, namun kita juga berharap di ganda campuran untuk kembali menunjukan prestasinya,” kata Susy. 

Indonesia masih akan mengandalkan Tontowi/Liliyana pada ajang Asian Games 2018. Tahun ini, keduanya akhirnya mengakhiri puasa gelar di Indonesia Super Series. 

Utak-atik demi prestasi

Karena itu, PBSI sedang berusaha mencari pelapis peraih medali emas Olimpiade 2016, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Salah satu langkah yang diambil PBSI untuk mencetak juara ganda campuran dengan memisahkan pasangan Praven/Debby. 

Praven akan dipasangkan dengan Melati Daeva Oktavianti  sedangkan Debby dipasangkan dengan Ricky Karanda Suwardi. PBSI berharap pemisahan mereka memunculkan semangat baru untuk menjadi juara. 

“Jika di ganda Putra regenerasi sudah berjalan baik sekali, di ganda campuran kita masih mengandalkan Tontowi/Lilyana. Kita berharap muncul pendamping mereka,” kata Susy.

Di sektor ganda putri, pelatih Eng Hian juga sedang mencari pelapis Greysia/Apriani. “Agak berat kalau kita hanya memiliki satu ganda putri yang baik. Apalagi tahun 2018 ada Asian Games dan juga Piala Uber,” kata Eng Hian. 

Di nomor tunggal, Susy mengatakan, Indonesia masih harus bekerja keras. Keberhasilan Gregoria Mariska Tunjung menjuarai kejuaraan dunia junior 2017 memang melambungkan harapan nomor tunggal putri meraih prestasi yang lebih tinggi. 

Tunggal putri pada tahun depan akan diberi kesempatan mengikuti turnamen dibawah super series. “Peraturan yang tidak ada babak kualifikasi ajang super series membuat kita memilih turnamen di bawahnya seperti Gran prix Gold maupun Chalengger untuk tunggal putri,” ujar Susy. 

Sementara itu, mantan juara dunia tunggal putra tahun 1983, Icuk Sugiarto, mengungkapkan seharusnya tahun depan pemain tunggal putra Indonesia sudah dapat berbicara banyak di level elite internasional. ‘Pemain level elite dunia tahun depan sudah mulai dimakan usia. Hanya Viktor Exelsen dan Kidambi Srikand yang masih eksis sedangkan yang lainnya mulai dimakan usia,” kata dia. 

Dia mengatakan, kondisi ini harus dimanfaatkan oleh tunggal putra Indonesia seperti Jonathan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting. 

Kita lihat saja mampukah sector selain ganda putra di tahun 2018 ini menunjukan prestasinya di pentas dunia. Terutama di tunggal putra dan putri yang hingga kini masih kalah bersaing dengan negara lain.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement