Ahad 26 Nov 2017 08:58 WIB

Match Fixing dan Pencalonan Tuan Rumah PIala Dunia FIBA 2023

Ketua Umum Komite Olahraga Indonesia (KOI) Erick Thohir (ketiga kiri) berdiskusi dengan tim Komisi Evaluasi The International Basketball Federation (FIBA) di Gedung Bola Basket Senayan, Jakarta, Rabu (4/7).
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Ketua Umum Komite Olahraga Indonesia (KOI) Erick Thohir (ketiga kiri) berdiskusi dengan tim Komisi Evaluasi The International Basketball Federation (FIBA) di Gedung Bola Basket Senayan, Jakarta, Rabu (4/7).

Oleh Fitriyanto

Wartawan Republika

Federasi Basket Dunia (FIBA) akhirnya memutuskan Indonesia,bersama Jepang dan Filipina lolos ke final pemilihan calon tuan rumah Piala Dunia 2023. Keputusan yang dikeluarkan FIBA pada Rabu (22/11) juga menetapkan Argentina dan Uruguay sebagai pesaingnya. 

Keputusan FIBA yang meloloskan Indonesia diambil sehari setelah dunia basket Indonesia diramaikan oleh pengungkapkan match fixing atau pengaturan skor pertandingan yang melibatkan pemain. Organisasi Tertinggi Basket Dunia, FIBA, memang tidak menyebutkan pengungkapkan kasus match fixing yang dilakukan Pengurus Pusat Persatuan Basket Seluruh Indonesia (PP Perbasi) sebagai salah satu pertimbangan meloloskan Indonesia. 

Namun bisa jadi FIBA melihat apa yang dilakukan Indonesia dalam memerangi match fixing akan membuat basket semakin professional. Dalam sejarah perkembangan olahraga basket di tanah air, ini merupakan kali pertama Perbasi mengungkap adanya pengaturan pertandingan yang melibatkan pemain dan ofisial. Kini, Perbasi masih terus mengusut terus hingga tuntas. 

Ketua umum Komite Olimpiade Indonesia Erick Thohir, ketika dihubungi Republika pada Sabtu (25/11) menyatakan, keberanian Perbasi dalam mengungkapkan match fixing akan berdampak positif bagi Indonesia. Terutama terkait pencalonan Indonesia sebagai salah satu tuan rumah Piala Dunia 2023 bersama Jepang dan Filipina. 

“Hal ini menunjukan Basket Indonesia semakin professional dan transparan,” kata Erick yang juga Presiden Basket Asia Tenggara (SEABA).

Senada dengan ketua KOI, Ketua Umum PP Perbasi Danny Kosasih menyatakan keberanian organisasi yang dipimpinnya mengungkap kasus pengaturan skor akan menambah nilai positif di mata FIBA. “Bahwa kita ingin komoetisi basket di Indonesia bersih dari hal seperti itu,” kata dia.

Danny menambahkan, setelah lolos ke babak final pencalonan tuan rumah Piala Dunia 2023, kini peluang Indonesia bersama Jepang dan Filipina lebih terbuka. Dia pun menyatakan saat ini Indonesia harus mulai mempersiapkan tim nasional yang layak bersaing dengan peserta negara lain. 

“Paling tidak kita harus bisa tampil tidak memalukan di pentas basket duni yang paling tinggi nanti,” kata dia.

Sekretaris Menpora (Sesmenpora) Gatot S Dewabroto bersyukur dengan lolosnya Indonesia ke babak final pencalonan tuan rumah Piala dunia FIBA 2023. “Saya ucapkan Syukur Alhamdulillah, semoga keinginan kita untuk menjadi tuan rumah ajang dunia akan terwujud,” kata dia.

Gatot juga yakin adanya pengungkapan kasus match fixing di kompetisi basket tertinggi di Indonesia, termasuk pemberian sanksi untuk pelakunya oleh Perbasi tidak akan berpengaruh negatif dari FIBA. “Saya kira tidak ada dampak negative, justru ini menjadi nilai lebih karena Perbasi melakukan tindakan yang berani,” kata dia.

Keputusan FIBA yang hanya menyisakan dua kandidat calon tuan rumah Piala Dunia 2023 memastikan gelaran basket tertinggi di dunia pada 2023 nanti akan digelar lebih dari satu negara. Sebelumnya, ada Turki dan Rusia yang mencalonkan diri.

Awal Desember, tepatnya Sabtu (9/12), di Jenewa, Swiss, seluruh anggota FIBA akan mendengarkan presentasi dari para calon tuan rumah Piala Dunia FIBA 2023. Presentasi dengan urutan Indonesia yang maju bersama Jepang dan Filipina, kemudian disusul Argentina bersama Uruguay.

Setelah acara presentasi, FIBA, setelah mendapat suara dari Central Board, akan mengumumkan tuan rumah PIala Dunia FIBA 2023 pada hari yang sama. Pada voting Central Board FIBA, negara kandidat tidak dapat memberikan pilihannya untuk menjaga prinsip keadilan dan independensi. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement