Kamis 02 Nov 2017 09:58 WIB

SMP Bina Insani Juara Pertama Sekolah Inspiratif se-Jabar

SMP Bina Insani, Bogor, berhasil menjadi juara pertama Sekolah Inspiratif tingkat Jawa Barat.
Foto: Dok SBBI
SMP Bina Insani, Bogor, berhasil menjadi juara pertama Sekolah Inspiratif tingkat Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – SMP Bina Insani, Bogor, berhasil meraih penghargaan sebagai juara pertama Sekolah Inspiratif tingkat Jawa Barat. Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan di Bandung, Sabtu (28/10).

“Alhamdulillah, SMP Bina Insani terpilih sebagai Sekolah Inspiratif  nomor satu tingkat Jawa Barat,” kata Kepala SMP Bina Insani Lies Rachmawati melalui pesan instan yang diterima Republika.co.id, Rabu (1/11).

Lies menambahkan, tolok ukur Sekolah Inspiratif adalah minat baca siswa dan guru, melalui sebuah kegiatan tantangan membaca  bernama West Java Leader's Reading Challenge (WJLRC). Dalam lomba tersebut, SMP Bina Insani mengerahkan 40 siswa dan delapan guru. “Hasilnya, 40 siswa dan delapan guru  SMP Bina Insani masing-masing mendapatkan penghargaan dan medali dari Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, karena  lolos tantangan WJLRC. Tak hanya itu, seorang guru SMP Bina Insani, yakni Eni Ratna, berhasil meraih penghargaan preview buku terbanyak se-Jabar,” tutur Lies.

Para siswa dan guru SMP Bina Insani peraih penghargaan WJLRC itu diundang untuk mengikuti Jambore Literasi tingkat Jawa Barat yang digelar di Bumi Perkemahan Kiara Payung, Sumedang, 1-2 November 2017.

Lies mengemukakan, prestasi yang diraih para siswa SMP Bina Insani tersebut tak lepas dari kerja keras dewan guru, pengurus Yayasan Bosowa Bina Insani/ Sekolah Bosowa Bina Insani, maupun para orang tua murid yang tergabung dalam Parents Association Bosowa Bina Insani (PABBI) SMP Bina Insani.

“Dukungan  pihak Yayasan Bosowa Bina Insani dan para orang tua murid sangat penting dalam menumbuhkembangkan minat baca siswa SMP Bina Insani,” ujarnya.

Menurutnya, prestasi ini merupakan langkah awal yang baik untuk mendekatkan para siswa kepada buku sebagai sumber ilmu pengetahuan. “Tantangan kita untuk membuat tetap berkelanjutan, terutama tantangan di era digital (gadget),” ujar Lies Rachmawati.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement