Sabtu 28 Oct 2017 07:40 WIB

Mengenang Fragmen Hidup Pangeran Diponegoro Melalui Macapat

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Agus Yulianto
Penangkapan Pangeran Diponegoro.
Foto: Wikipedia/ca
Penangkapan Pangeran Diponegoro.

REPUBLIKA.CO.ID, Semangat dan kegigihan Pangeran Diponegoro dalam melawan kaum kolonial-seolah-menyeruak kembalidi Hal SA-MWA, kompleks kampus Universitas Diponegoro (Undip) Tembalang, Kamis (26/10) malam. Riwayat 'Sang Pangeran' tersebut dikisahkan kembali melalui dimensi bait-bait tembang macapat, yang dilantunkan Rektor Undip, para profesor, para dosen serta mahasiswa Undip, dan juga Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sri Puryono.

Cuplikan fragmen riwayat hidup Pangeran Diponegoro yang dituturkan melalui lantunan macapat ini-seolah-mampu membawa kembali pada susasana di mana Sang Pangeran mengobarkan perlawanan kepada bangsa kolonial. Hal ini terungkap dari acara 'Gelar Macapatan dan Bedah Babad Diponegoro', yang dilaksanakan dalam rangka Dies Natalis Undip ke 60.

Pada kesempatan tersebut, Rektor Undip Yos Johan Utama mengatakan, Undip tidak melupakan akar budaya dan nilai-nilai luhur yang melekat pada sosok Pangeran Diponegoro. Apalagi, universitas ini, menyandang nama besar pahlawan nasional tersebut.

"Saya berharap semua civitas akademika Undip, harus menjaga dan menteladani sikap-sikap luhur Pangeran Diponegoro, yang pada muaranya nanti mampu menjaga kebinekaan dan Pancasila," ungkapnya.

Ia juga menjelaskan, macapata dan gelar babad Diponegoro ini dimaksudkan untuk mengenang, menghormati, dan meneladani nilai-nilai perjuangan dan kepahlawanan Pangeran Diponegoro. Caranya, dengan menyajikan cuplikan tembang- tembang macapat yang menggambarkan fragmen riwayat hidup Pangeran Diponegoro, yang materinya bersumber dari naskah otobiografi Babad Diponegoro yang ditulisan selama dalam pengasingan di Manado.

Acara kemudian dilanjutkan dengan bedah naskah otobiografi Babad Diponegoro yang dipandu oleh Dhanang Respati Puguh, dosen Fakultas Ilmu Budaya yang juga putra dalang kondang Ki Narto Sabdo (almarhum). Tampil sebagai narasumber adalah Prof Dr Peter Carey, sejarawan Inggris yang melakukan penelitian ekstensif tentang Perang Diponegoro dan Prof Dr Ing Wardiman Djojonegoro, tokoh yang telah memperjuangkan Babad Diponegoro sebagai Ingatan Kolektif Dunia (Memory of the World, UNESCO).

Dalam paparannya, Wardiman sangat prihatin karena banyak buku- buku sejarah kepahlawanan Diponegoro yang diajarkan di sekolah, banyak yang tidak sesuai dengan kenyataan karena mengacu pada sumber tidak benar yang ditulis oleh penjajah saat itu. Oleh karenanya, dia sangat antusias menyambut kegiatan tembang macapat ini karena dapat sebagai salah satu upaya untuk meluruskan isi sejarah.

"Yang paling penting kita harus mewariskan nilai nilai luhur dan agung dari sang pangeran dalam pendidikan karakter anak bangsa," tandas mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di tahun 1993-1998 ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement