Sabtu 09 Sep 2017 09:19 WIB

Pemerintah Jepang Beri Penghargaan pada Profesor Bandem

Indonesia-Jepang
Foto: blogspot.com
Indonesia-Jepang

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kementerian Luar Negeri Jepang memberi penghargaan kepada Prof Dr I Made Bandem, MA atas jasa-jasanya meningkatkan hubungan diplomatik antara Indonesia dan Jepang serta negara-negara lain melalui jalur kebudayaan dan seni. Pemberian penghargaan dilakukan oleh Konsul Jenderal Jepang Bali-Nusa Tenggara, Hirohisa Chiba di Kantor Konsulat Jenderal Jepang, di Denpasar, Jumat malam (8/9).

Menurut Hirohisa Chiba, salah satu pertimbangan Kementerian Luar Negeri Jepang memberi penghargaan ini selain peran Prof Bandem dalam bidang seni dan budaya sejak tahun 1965, juga Prof. Bandem sebagai Pembina Yayasan Widya Dharma Shanti dan pendiri STIKOM Bali telah menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi di Jepang.

Kerja sama itu antara lain dengan Kyushu Sangyo University, Fukuoka dan Bunkyo University Tokyo terkait pengiriman dosen-dosen STIKOM Bali untuk melanjutkan pendidikan S-2, pertukaran mahasiswa dan penelitian bersama dan membuka Pusat Studi Jepang di STIKOM Bali yang berfungsi untuk mempererat hubungan Indonesia-Jepang melalui diplomasi bahasa, teknologi dan seni-budaya.

"Mudah-mudahan dengan penghargaan ini, semakin mendorong Prof. Bandem untuk terus berkarya di bidang seni dan budaya, serta meningkatkan hubungan baik antara Bali dan Jepang," kata Hirohisa Chiba.

Sementara itu, dalam sambutannya Prof. Bandem mengatakan pihaknya berterima kasih kepada pemerintah Jepang atas penghargaan yang diberikan kepadanya.

"Penghargaan ini tidak saya duga sebelumnya. Tapi saya berterima kasih kepada Pemerintah Jepang ternyata apa yang saya lakukan selama ini mendapat perhatian Bapak Menteri Luar Negeri Jepang sehingga menganugerahkan penghargaan kepada saya," katanya.

Prof. I Made Bandem adalah seorang seniman akademisi yang lahir di Desa Singapadu, Gianyar pada 22 Juni 1945 dan telah mengukuhkan dirinya sebagai salah seorang tokoh Diplomasi Kebudayaan Indonesia. Predikat itu dicapainya sejak dia menjadi penari dan pemimpin ASTI/STSI Denpasar (1982-1997) dan ISI Yogyakarta (1997-2006).

Selama itu, Bandem sering bertugas sebagai Direktur Artistik Misi Kesenian Indonesia ke luar negeri dan pada tahun 1990 dia diberi julukan oleh The New York Times sebagai "The Joe Papp of Bali", seorang seniman yang membawa seni pentas ke tingkat profesional.

Sejak belajar di University of Hawaii pada tahun 1968, I Made Bandem telah tertarik mempelajari kesenian Jepang. Di Music Department University of Hawaii, dia mempelajari Bon Odori (tari rakyat) Jepang. Diiringi dengan Daiko, Bandem menari Bon Odori bersama para mahasiswa dan masyarakat Jepang yang berada di University of Hawaii.

Di University of California at Los Angeles (UCLA), dibantu oleh istrinya, Suasthi Bandem dia Bandem mengajar tari dan gamelan Bali dari tahun 1969-1972. Di samping mengajar kesenian Bali, I Made Bandem mulai mempelajari tari Bugaku dan musik Gagaku, dua genre seni klasik Jepang, dari seorang maestro yang bernama Suenobu Togi.

Saat mengambil gelar Doktor (S-3) dalam bidang Etnomusikologi di Wesleyan University (1977-1980), Bandem dan istrinya juga sempat mengambil mata kuliah Gagaku dan Bugaku dari maestro, Matsaro Togi selama satu tahun dan sering mengadakan pementasan di sekitar Kota Middletown, Connecticut. Suasthi Bandem juga membantu sang maestro untuk mendesain kostum Bungaku yang digunakan dalam pementasan-pementasan di Wesleyan University.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement