Ahad 27 Aug 2017 13:10 WIB

Sekolah Sungai Harus Terus Digalakkan

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Ratna Puspita
  Warga mengikuti kegiatan Susur Sungai Ciliwung dengan menggunakan perahu karet dan ban dari Jembatan TB Simatupang hingga kawasan Tanjungan Condet, Jakarta, Sabtu (26/8).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Warga mengikuti kegiatan Susur Sungai Ciliwung dengan menggunakan perahu karet dan ban dari Jembatan TB Simatupang hingga kawasan Tanjungan Condet, Jakarta, Sabtu (26/8).

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL — Ahli Hidrologi Universitas Gadjah Mada Agus Maryono menilai, sekolah sungai jadi solusi utama menghadapi berbagai persoalan sungai. Maka itu, ia berharap Sekolah Sungai dapat dijadikan gerakan yang masif, baik dari komunitas atau pemangku kebijkan.

"Sekolah Sungai merupakan otak dan spirit dari restorasi sungai, harus digerakanan terus dan harus berdiri di mana-mana," kata Agus di seminar nasional Sungai Bicara: Komunitas Maju, Regulasi Terpadu, Sabtu (26/8).

Koordinator Gerakan Restorasi Sungai Indonesia (GRSI) itu sekolah sungai, yang kerap mempertemukan pengalaman kesuksesan dari pengelolaan di satu sungai menghasilkan sejumlah perubahan di lingkungan sekitar aliran air ini. “Belakangan mulai terlihat gerakan-gerakan peduli sungai yang datang dari masyarakat, rata-rata setiap Sabtu dan Ahad ada kegiatan pembersihan sungai, termasuk Manado dan Gorontalo," ujar Agus.

Dia mengatakan, beberapa sungai di sejumlah daerah mulai mengubah wajah menjadi lebih indah, seperti Kali Getuk dan Kali Pusur di Klaten. Ia melihat, kerja masyarakat melalui komunitas-komunitas mulai berubah dari kuratif relawan menjadi preventif.

Langkah preventif diperlukan karena saat ini pergerakan pembangunan rumah mendekat sungai sudah luar biasa. Dia mencontohkan, di Kali Code, ada sebagian masyarakat yang justru berburu untuk bergeser mendesak ke dekat sungai.

Hal serupa juga menjadi masalah utama di Kali Cikapayang Bandung, yang sempat tidak ada lagi sempadan. Kondisi cukup parah terjadi di Gorontalo lantaran sungai-sungai yang ada terlihat tinggal kanal-kanal saja. Belum lagi kuantitas limbah cair yang mengalir ke sungai mengalami luar biasa naik, dengan jumlah suspended yang sangat tinggi.

Padahal, ia berpendapat, letak rumah-rumah yang ada memang harus dimundurkan sehingga tercipta sempadan yang bisa dijadikan jalan hijau. Karena itu, ia mengingatkan betapa pentingnya Sekolah Sungai dapat didirikan di berbagai daerah.

"Ada masalah kita diskusikan, kita selesaikan, sehingga sungai bisa kita manfaatkan, pengalaman yang ada di satu titik harus secepatnya kita kirim," ujar Agus.

Saat ini, terdapat setidaknya 49 grup Whatsapp dari sekitar 200 komunitas-komunitas sungai seluruh Indonesia. DIY sendiri memiliki setidaknya 20 komunitas-komunitas sungai yang bergabung, yang salah satunya Gerakan Restorasi Sungai Indonesia.

Menurut Agus, semua elemen masyarakat harus memiliki keyakinan walau ada masalah, ada pula penyelesaian yang bisa dilakukan. Tentu, tanpa harus menunggu kesadaran pemerintah, yang salah satunya dapat dilakukan melalui komunitas-komunitas.

Ia mengingatkan, Indonesia akan mengalami bonus demografi beberapa tahun ke depan sehingga penting bagi anak-anak generasi penerus miliki pemahaman. Menurut Agus, Indonesia akan alami masalah luar biasa kalau anak-anaknya tidak miliki kepedulian atas sungai.

"Dan, bagi umat Islam, menjaga kelestarian sungai ada di Alquran dan hadits, pun konsep rahmatan lil alamin yang mewajibkan kita membangun silaturahim dengan alam, jadi tidak ada alasan kita tak melakukan tindakan," kata Agus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement